Setelah mencarikan Samantha tempat yang aman kemarin, hari ini aku berangkat ke kantor seperti biasa. Tidak ingin membuat Bia curiga bahwa hari ini aku hendak menelusuri rumah kakek Dio. Tadinya aku berencana datang sendiri, tapi mengingat bahwa Bia akan menangis jika aku sampai terluka, sehingga aku memutuskan untuk mengajak Vino dan Bram. Tidak menunggu waktu lama kami langsung berkumpul dan berganti mobil, kemudian pergi menggunakan satu mobil yang sebelumnya sudah di siapkan oleh Vino. “Lo yakin Samantha bisa di percaya kan Al?” Tanya Vino serius. Sementara Bram sedang sibuk menyetir. “Gue yakin seribu persen.” Ucapku. Sekalipun Samantha adalah bagian dari mereka, tapi sejak kecil hidup Samantha terkekang karena di paksa untuk belajar menjadi pembunuh. Dan mengingat dari hasil pertem