“Baik, Ma, Ran sudah siapkan makan siang. Apa? Oh, Oma sepertinya sedang ada di kamar dan Dara belum pulang sekolah. Tadi dia bilang langsung mengerjakan tugas di rumah temannya. Hm, iya, Ma.” Setelah saling mengucapkan salam, Ran mengakhiri sambungan teleponnya dan sang mama yang sejak pagi tadi pergi bersama Kania. Dua orang wanita paruh baya itu paling antusias mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan pernikahan anak-anak mereka. Sudah satu minggu ini Adila dan Kania bagai kembar yang tak bisa dipisahkan. Suami-suami mereka hanya mampu geleng-geleng kepala. Admaja sampai menyindir Kania, mengatakan jika sepertinya malah istrinya itu yang ingin menikah lagi. Mungkin Admaja kesal karena merasa diabaikan satu minggu ini. Bukannya merasa tak enak hati atau takut, Kania malah meng