Ran turun dengan tergesa, berharap jika pagi ini dia tidak berhadapan dengan sang oma. Waktu baru menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Masih terlalu dini untuknya berangkat ke tempat kerja. Namun, demi menghindari ibu dari ayahnya, Ran memilih cepat tiba di restoran. Dia akan menyibukkan diri di kitchen. Syukur-syukur bisa menciptakan menu baru. “Tunangan udah bangun ternyata.” Ran terkesiap. Wanita ini hampir saja terjungkal saat menuruni anak tangga terakhir seandainya saja dia tidak berpegangan pada handrail. Matanya membelalak terkejut saat mendapati pria yang semalam membuatnya kurang tidur, tiba-tiba saja sudah nongol di rumahnya. Apakah benar di depannya ini sosok nyata Aryan? Ran memperhatikan dengan saksama. Matanya menyensor tubuh pria itu dari atas sampai bawah. Takut ka