Merusak moodnya

1472 Kata
"Sin, " " Kamu udah punya pacar belum? " Tanya Ivan, tiba-tiba. Sinta hanya menggeleng, wajahnya memerah dan ia memilih beranjak untuk masuk ke Kamarnya. " Pak, sudah larut saya pamit ke kamar dulu " Sinta segera bangun dan melangkahkan kakinya meninggalkan Ivan. " Tunggu! " Suara Ivan yang berat menghentikan langkah Sinta. " Ada apa pak? " Tanya Sinta, sambil berbalik arah. Kedua matanya membelalak, ketika Ivan semakin dekat menghampirinya. Tampaknya hasrat Ivan meninggi setelah menyenggol benda kenyal milik Sinta. " Ke..kenapa pak? " Sinta terbata, ia berjalan mundur saat Ivan semakin mendekat. " Ada yang pernah bilang nggak, kalau kamu sexy? " Ivan seperti kehilangan akal sehat, dirinya bertanya seolah itu hal sepele. Namun tidak dengan Sinta, ia terus mengingat mimpi basah-nya bersama Ivan, jantungnya berdebar tak karuan melihat Ivan semakin yang mendekat ke tubuhnya. Ivan kini berhasil mendesak tubuh Sinta ke dinding dekat dapur. Sinta menggeleng menjawab pertanyaan tak masuk Ivan. Sinta memiliki tubuh sexy, p*nt*t yang lebar berisi dan pay*dar* dengan ukuran yang cukup besar. Mustahil jika tidak ada yang pernah mengatakan bahwa dirinya sexy. Hanya saja, Sinta enggan untuk menjawab pertanyaan konyol tersebut. Ivan kini semakin mendekat, seakan ingin menerkam gadis yang kini ada dalam dekapannya, Ivan lalu memiringkan kepalanya menuju ke bagian leher jejang Gadis itu. " Pak Ivan, jangan... Nanti Bu Laura salah paham! " Ujar Sinta, berada di antara himpitan tubuh Ivan dan Dinding dekat dapur. " Salah siapa kamu begitu menggoda? " A?Ivan yang mencium aroma sabun dari tubuh Sinta, semakin b*******h meremas pant*t Sinta. " Ahhh, pakk! " Sinta keceplosan terpekik, ketika lutut Ivan menyentuh area sensitifnya, dengan remasan pada pantatnya. " Pak, lepasin saya. Saya bisa terjerat masalah kalau bu Laura melihat kita begini " Tutur Sinta, berusaha melepaskan diri dari jeratan Ivan. " Oh, jadi kalau Laura ngga lihat, kamu ngga akan terjebak masalah kan? " Ivan malah terus menggoda Sinta, dengan membisiki telinganya hingga membuat tubuh Sinta semakin memanas. Apalagi ini pertama kalinya Sinta bersentuhan dengan pria. Sinta menggigit bibirnya, saat bibir Ivan menyentuh daun telinganya. Rasanya begitu merinding. Ivan tersenyum, melihat tidak ada penolakan dari Sinta. " Kamu suka? " Tanya Ivan, namun tak ada jawaban. Tampaknya Sinta sedikit menikmati permainan Ivan. Sinta menjadi terbayang-bayang dengan Adegan di film biru yang biasa ia tonton. Meski berasal dari desa, namun diam-diam Sinta suka menonton film biru, tapi tetap saja dirinya belum pernah merasakan hal yang ada dalam film tersebut. Jantungnya berdebar kencang saat pertama kali Ivan menyentuh-nya. " Kenapa ini terjadi padaku? Apa setelah ini pak Ivan akan menyentuh bagian itu? " Gumam Sinta, menebak dalam hati. Ia terus mengingat mimpi-nya, bersama Ivan. Tiba-tiba saja Ivan mendaratkan bibirnya di leher Sinta ketika melihat Sinta memejamkan matanya. Ivan berfikir, bahwa Sinta menikmati permainannya. " Aaahhhh, sshhhh " Tanpa sadar, lagi-lagi Sinta mengeluarkan suara erotis-nya. Ivan Tersenyum dan kembali melumat leher jenjang nan mulus milik Sinta. " Pak, aahhhhh " Eluh Sinta, meremas pinggang Ivan, erat. " Enak nggak? " Tanya Ivan, semakin b*******h. Sinta hanya mengangguk pelan kepalanya. Ivan lalu kembali bersemangat mencium bibir Sinta. " Apa ini pertama kalinya? " Tanya Ivan merasakan permainan kaku Sinta. Lagi-lagi hanya di sauti dengan anggukkan kepala, Ivan tak peduli, ia kembali melumat bibir sensual Sinta dengan rakus. " Gimana nih, enak banget. Tapi aku takut ketahuan Bu Laura" Gumamnya dalam hati. Sinta lalu melepas ciumannya karena kehabisan nafas " Pak, cukupp... Aku ngga bisa. Aku takut ketahuan Bu Laura. Aku masuk dulu " Ucap Sinta lalu meninggalkan Ivan. " Hah, benar-benar ya kamu Sin, " Gumam Ivan terlihat kecewa, ia menatap punggung Sinta yang semakin tak terlihat. Karena terlanjur nafsu, Ivan terpaksa melampiaskannya di dalam kamar mandi dekat kamar Sinta. Di dalam kamar, Sinta tak bisa memejamkan matanya. Dirinya membayangkan, kalau saja ia tidak menghindar, pasti sudah terjadi sesuatu antara mereka berdua. Sinta mencengkeram kuat selimutnya, ia menggigit bibirnya ketika mengingat sentuhan hangat majikannya. " Kenapa harus pak Ivan? Apa yang terjadi kalau sampai Bu Laura melihat kami seperti tadi " Gumam Sinta, benar-benar ketakutan. “” Di Kampung halaman... Juragan tanah yang ingin menikahi Sinta kembali mengamuk di Rumah Lukman bersama Anak buah-nya. " Bawa Tv dan Meja kursiinya! " Ujar Broto memerintah anak buahnya. " Jangan gan, saya mohon. Itu barang saya satu-satunya " Lukman memohon dengan sangat pada Broto yang merasa murka saat mengetahui bahwa Sinta minggat dari rumah. Barang-barang di Rumah Lukman telah habis di bawa broto untuk membayar Bunga hutangnya. " Bulan depan kamu harus bayar semuanya? Kalau tidak, kamu angkat kaki dari sini!!! " Ancam broto lalu keluar dari rumah Lukman. " Ini semua gara-gara Sinta, kalau dia ngga kabur semua ini ngga akan terjadi " Umpattt Lukman di kediamannya.. “” Siang ini Sinta menyiapkan makan siang untuk majikannya. Karena hari minggu, Laura dan Ivan berada di rumah, jadi Sinta memasak Sayur asem dan ikan goreng. " Wahh Sin, kamu pinter banget ya menyesuaikan lauk " Tutur Laura, melihat masakan Sinta yang sudah tertata di Meja makan. " Iya bu, siang-siang pasti seger makan sayur asem. Ini sambalnya bu, selamat makan " Katanya sambil meletakkan semangkuk sambal. " Makasih ya, Sin " Sinta mengangguk, lalu berlalu meninggalkan Laura, tak lama kemudian Ivan datang. " Lihat pah, pasti kamu suka " Ujar Laura, menunjukk ke arah meja. " Lumayan, " Pasangan suami istri itu menyantap makan siang bersama. Sementara Sinta, ia tengah mencuci peralatan masak yang tadi ia gunakan, sesekali ia melirik kedua majikannya yang terlihat akur. " Bu Laura beruntung bangett, punya suami seperti Pak Ivan" Gumamnya sambil mencuci peralatan masak. Setelah selesai mencuci peralatan masak, safitiri meletakkan kembali ke tempatnya. Samar-samar ia mendengar percakapan kedua majikannya tersebut. " Pah, besok aku ada dinas ke Luar kota " Ucap Laura menjelaskan, Ivan tak merespon karena hal itu sudah biasa baginya. " Berapa hari? " " Kalau urusan lancar sih tiga harian pah, papah ngga keberatan kan? " Laura seakan tak mau mengerti perasaan suaminya, ini bukan pertama kalinya Laura mendapat tugas ke Luar kota, ia bahkan pernah ke Luar negeri selama satu bulan. " Cih, kalau aku keberatan kamu juga akan tetap pergi " Tutur Ivan kehilangan moodnya. Ivan baru saja ingin mengajak Laura jalan-jalan, tapi malah merusak moodnya. " Mau gimana lagi pah, ini kan kerjaan mamah " Sahutnya tanpa memedulikan Ivan. Meski suaminya sudah menyuruh Laura untuk resign tapi Laurw bersihkeras menolaknya, jadi tidak ada pilihan lain untuk Ivan. " Aku kenyang! " Ivan kini beranjak dari meja makan dan memilih masuk ke Kamar. Sinta yang melihat raut wajah Iban pun merasa kecewa atas sikap Laura. Hubungan mereka terlihat Harmonis dari luar, tapi sebenarnya terlihat hambar. Tampak pucat dan kekurangan bumbu cinta. Kurangnya komunikasi dan perbedaan pendapat yang jadi masalahnya. ‘’ Sehari setelah Laura berangkat ke Luar kota, seperti biasanya Sinta pergi ke Kantor untuk bekerja. Tentunya pekerjaan Sinta lebih ringan dari hari biasanya. " Aku mau ngapain ya? Mau belanja kebutuhan tapi aku belum hafal daerah Ibu kota " Gumamnya setelah bertelfonan dengan Dina. Ia menceritakan tentang pekerjaannya yang ringan saat majikannya ke Luar kota. Sore harinya, Sinta berencana untuk Ke mall menggunakan Ojek online. Dirinya mendapat saran dari Dina untuk menggunakan Ojek online, sehingga langsung menuju ke Rute tujuan. Dina juga mengajarkan cara memesan Ojek online pada Sinta. " Kalau ngga ada Dina, entah jadi apa aku? " Gumam Sinta yang tengah menunggu Ojek pesanannya. Tak lama kemudian ojek tersebut datang " Silahkan pakai helmnya mbak, " Katanya memberikan Helm pada Sinta. Kini Sinta menuju ke Mall yang akan di tuju, matanya memandangi gedung-gedung besar yang berjejeran, mengingat di Kampung hanya ada sawah dan ladang yang luas. Beberapa menit kemudian sampailah Sinta di sebuah Mall , ia lalu turun dari motor. " Makasih ya pak!" Sinta lalu berjalan masuk ke Mall, dirinya terlihat celingukan karena karena kebingungan. Mall di kampung tidak sebesar di Ibukota, namun meski begitu Sinta berusaha untuk tak terlihat cengo di Mall tempat ia berdiri saat ini. Sinta mengenakan Kaos lengan panjang putih yang sedikit ketat, serta celana jeans biru. Dirinya sama sekali tak terlihat dari Kampung, rambut hitamnya dibiarkan Terurai membuatnya terlihat sangat cantik. Sinta melangkah menuju ke Supermarket, ia mengambil keperluan untuk dirinya berupa Alat mandi. Sinta juga membeli pakaian karena ia tak membawa banyak pakaian dari rumah. " Pasti adem banget nih buat tidur! " Gumamnya menatap baju tidur yang kini ada di genggamannya. Sinta mengambil sebuah daster tanpa lengan, semenjak datang ke ibu Kota, ia sering kepanasan bahkan saat malam hari. Daster dengan tali kecil tersebut akhirnya ia ambil tanpa mencobanya lebih dulu. Setelah selesai berbelanja, Sinta kembali memesan Ojek online untuk pulang, ia tampak berdiri di depan gedung Mall tersebut. Sinta menunggu Ojek online pesanannya yang tak kunjung datang. Tiba-tiba, sebuah mobil Land Rover berhenti tepat di hadapan Sinta. " Siapa ya? Aku kan pesan ojek online, bukan Taxi online " Gumamnya dalam hati, Sinta tentu terlihat bingung. .... Bersambung.... Lanjut yuk
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN