86. Kabar Gembira

2008 Kata

Mas Dhika masih tidur. Tampaknya dia kelelahan karena semalam lembur mengurus semua data yang harus diserahkan pada vendor. Ini agar semuanya segera di urus. Karena kalau telat sehari saja, maka jadwal dari vendor akan tergeser. Dia mengerjakan semuanya mepet waktu karena siangnya dia menemaniku kondangan ke Tangerang. Dua tempat sekaligus pula. Vendor juga minta data dadakan, sedangkan posisi kami sudah berangkat. “Mas Dhika ...” aku membangunkannya hati-hati. Tadi dia sudah bangun untuk subuh, tetapi kemudian tidur lagi karena dia baru tidur kisaran jam dua. “Mas ... bangun, yuk?” “Hm?” Mata Mas Dhika perlahan terbuka. “Udah jam delapan lewat. Ayo sarapan. Aku udah masak.” Bukannya bangun, Mas Dhika malah menarik selimut. “Lima menit, Sya.” “Keburu dingin nanti lauknya.” Mas Dhika

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN