*** “Aku sudah selesai, sayang.” Jihan menghampiri Michael yang tengah berbaring terlentang di kasur. Ia mengamati raut wajah pria itu yang terlihat sayu. Mengulum senyum, Jihan paham apa yang sedang dialami suaminya. “Kemarilah sebentar,” Michael mengulurkan tangan, berusaha meraih tangan Jihan. Namun, wanita itu sigap mundur seolah menghindari. “Kau menolak suamimu, Jihan?” Pria itu menatapnya dengan keberatan. “Aku sudah siap. Ayo kita berangkat,” ajak Jihan. Enggan menanggapi kemahuan gila suaminya. “Sini sebentar. Aku ingin memelukmu,” kata Michael, keukeuh. “Jangan mulai, Chel. Bilangnya cuma peluk, nanti ujung-ujungnya minta lebih. Sudahlah, jangan aneh-aneh. Ayo kita pergi, nanti kamu semakin terlambat, dan aku lagi yang kamu salahkan!” Ucap Jihan dengan nada ketus di akhir