Keduanya berciuman hebat, dengan lidah terjalin dan bertukar ludah, cukup lama. Kara seolah tak sabar segera dimasuki, pinggulnya bergerak menggeliat ke atas, tapi Michael yang seolah menunda-nunda. “Jangan siksa aku seperti ini, Michael,” lirih Kara, menginginkan sentuhan dalam dari suaminya. Mendengar lirih istrinya, Michael memajukan pinggulnya dan bergerak dengan perlahan. “Oooh, nikmatnya,” lenguhnya, lalu berayun maju mundur. Dia kembali melumat bibir Kara, dan Kara membalasnya dengan semangat. “Hmmm. Pelan-pelan, Sayang, kamu jangan terlalu banyak bergerak,” ujar Michael, menenangkan Kara yang menggeliat tak tentu arah. “Ini enak sekali, Michael.” “Aku tahu, ingat bayi kita di sini, hm? Kita belum ke dokter memeriksanya.” Kara hampir saja tidak peduli, karena kenikmatan yang

