Empat Puluh Lima

1899 Kata

Malam ini, setelah pergulatan panas mereka yang seolah tak kenal letih dan terus memacu gairah memuaskan satu sama lain, Renata dan Regan berbaring menatap langit-langit kamar Renata. Membiarkan peluh mereka mengering dihembuskan angin. “Re,” panggil Regan. Renata menoleh dan berbaring miring menatap sang suami yang sudah menarik selimut untuk menutupi tubuh tak berbusana mereka. “Jadwal datang bulan kamu kapan?” tanya Regan. “Awal bulan, kenapa?” tanya Renata sembari mengerutkan kening. Wajah Regan tampak serius menatap wajahnya. Regan seperti ragu ingin mengutarakan sesuatu, bahkan dia perlu menarik napas panjang untuk mengucapkannya. “Aku mau bicara sesuatu, tapi aku mohon kamu jangan marah ya,” ucap Regan. “Iya, kenapa?” tanya Renata, hatinya dipenuhi rasa penasaran sekaligus

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN