“Kayaknya dua hari marahan sama aku bikin kamu suka banget deket – deket sama cowok lain, duhh Areta” ucapku dengan senyum sinis yang sengaja ku pasang agar ia merasa bersalah. Ia melirikku dengan tatapan tajam sekaligus tidak suka.
“Gak usah cari keributan deh. Aku gak suka kalau kamu gitu. Ngomong kayak gitu biar apa Arta? Kamu sadar gak sih kalau kamu egois? Sadar gak? Kamu dua hari yang lalu, seneng – seneng sama istri kamu, makan bareng , ketawa – ketawa disini. Aku marah gak? Enggak! Aku sadar diri aku siapa dan Thalia siapa, aku gak sepantasnya ngekang kamu, dan kamu juga gak sepantasnya ngekang aku, egois banget ta. Aku gak suka kalau kamu kayak gitu” ucap Areta, ia minum kemudian pergi meninggalkan ku yang masih mematung mendengar ucapannya.
Aku egois?
Aku egois karena aku begitu sangat mencintai nya , aku tidak bisa hidup Tanpa Thalia, bagaimana mungkin aku bisa biasa saja ketika melihat Thalia bersama dengan laki – laki lain. Cihh. Aku tidak suka berbagi. Thalia milk ku, sampai kapanpun itu.
Aku mengejar Areta , setidaknya hubungan kami harus tetap baik – baik saja selama enam bulan kedepan, biar bagaimanapun juga, aku begitu mencintai Areta. Entah disini siapa yang salah , yang jelas, aku tidak tahan jika harus perang dingin dengannya.
“Apa” Tanya Areta saat ia melihatku memasuki ruang kerja nya. Aku mendekat ke arah kekasih ku itu, namun ia terlihat menghindar.
“Kamu kenapa Areta?” Tanya ku, jujur, aku cukup heran melihat tingkah nya seakan takut dengan ku, atau jangan – jangan Areta sengaja begini untuk menghindariku?
Tunggu, Apakah ia sudah mengikhlaskan ku dengan Thalia?
“Aku gak suka kamu egois” Jawab Areta dengan suara yang terdengar begitu pelan, ia menatapku dengan tajam.
“Iya aku minta maaf Areta…”
“Kamu dekat sama perempuan lain, kalian menikah. Kenapa aku gak boleh berteman dengan laki – laki lain? Sementara aku aja gak dapat jaminan dari kamu kalau kamu bakal balik ke aku? Kamu sadar kan kamu se egois apa?” Ia maju mendekati ku, sementara aku hanya diam di tempat, aku tidak tahu aku harus apa. semua perkataan Areta benar tapi bukankah di hari lalu aku sudah berjanji bahwa semua ini hanya akan berjalan enam bulan lamanya? Sementara itu, setelah nya aku akan menceraikan Thalia lalu aku akan kembali kepadanya.
“Aku udah janji sama kamu kalau ini semua Cuma enam bulan, kamu gak perlu khawatir, kamu bisa pegang janji aku, Cuma enam bulan Areta! Dan kita bisa bareng lagi” Ucap ku sembari memegang kedua bahu nya, Areta menangis, ia nampak mengusap air di ujung mata nya.
“Siapa yang tahu kedepannya? Kamu bisa tahan serumah sama Thalia? She is a beautifull girl. Cantik banget! kamu bisa tahan diri kamu hah? Bisa? Aku gak yakin sama kamu Arta”
“Pasang seribu perempuan cantik disini, satu dari sekian ribu perempuan cantik. Kalau aku cinta nya sama kamu ya aku mau nya kamu! Aku gak suka sama yang lain. Ada banyak Areta di dunia. Tapi yang aku mau Areta kamu! Bukan yang lain, bodo amat, Thalia mau telanjang depan aku pun, aku gak bakal nyentuh dia, inget itu” Ucap ku yang berhasil membuat Areta diam dan berhenti menangis. Aku benar – benar jatuh cinta dengan wanita yang berdiri di depanku ini.
*****
Aku pulang dengan keadaan yang begitu lelah, melewati macet nya Jakarta benar – benar luarbiasa. Aku sampai hampir menyerah karena harus bermacet – macetan selama tiga jam lama nya. Padahal jarak yang harus ku tempuh cukup dekat. Aku menaiki anak tangga dengan santai, biasanya jika pulang kantor begini, Thalia sudah duduk manis menunggu ku di depan televisi, namun sekarang ia bahkan tidak terlihat sama sekali. Tapi… yasudah lah, siapa yang peduli dia ada dimana, yang jelas, tadi aku sudah berbaikan dengan Areta.
Baru saja aku ingin berbelok menuju kamar yang menjadi kamar tidur ku setelah menikah dengan Thalia, tiba – tiba pintu kamar gadis itu terbuka, kemudian tak lama setelahnya Areta muncul dengan sebuah handuk tipis yang melilit setengah dari tubuh nya, rambut nya masih basah. Aku menelan ludah, kenapa ia bisa terlihat se – sexy ini?, jujur saja, naluri laki – laki ku bangkit secara tiba – tiba, aku tidak menyangka bahwa ia bisa terlihat se – sexy ini di depanku.
“Kamu baru pulang?” Tanya nya, sembari mendekatkan tubuh nya kepadaku, aku mundur beberapa langkah. Aku tidak ingin ia sadar bahwa aku sedang menahan diri ketika melihatnya seperti itu.
Aku mengangguk
“Mau makan apa?” Tanya nya sembari menunduk, kemudian melilitkan handuk di kepalanya sehingga kini, lehernya yang jenjang terlihat jelas oleh ku.
“Gak, gak laper” Jawab ku , jantung ku berdetak tidak karuan karena melihat Thalia saat ini.
“Masa?” Tanya nya, dengan nada yang menggoda, aku menghela napas berat. Bisa – bisa nya ia menggoda ku seperti itu.
“aku mau istirahat” Ucapku sembari melangkahkan kaki ku, melewati nya. Harum sabun nya bahkan masih dapat tercium jelas. Jelas saja jika aku berlama – lama di sana aku tidak bisa menahan diriku sendiri.
Thalia membalikan badan ku, mendorong ku secara paksa memasuki kamar pengantin kami, kamar dimana Thalia biasa tidur. Ia kemudian menciumku dengan brutal sementara aku masih kaget karena kenekatan dirinya. Ia membuka handuk yang ia pakai, mengekspos seluruh tubuh nya yang kini tidak di tutupi oleh sehelai benang pun. Aku menelan ludah dengan susah payah, aku mengaku kalah kali ini.
“I’m yours” Ucap nya sembari mengedipkan sebelah mata nya. Jantung ku berdegub kencang. Sial, ia berhasil memancingku. Setelah itu, aku menghabisi nya, membuatnya harus begadang dan menanggung akibat karena ia terus – terusan menggoda ku. Salah sendiri.
*****
Pagi nya, kami berdua bangun dengan keadaan yang begitu berantakan, benar – benar berantakan, baju ku berserakan di lantai, begitu pula dengan handuk semalam yang Thalia pakai sehingga berhasil memancing ku berbuat sejauh ini terhadap nya. Aku bergerak, dan Thalia sadar ia juga bangun , ia menatap ku kemudian tersenyum.
“Pagi Arta” Ucap nya dengan senyum manis di wajah nya, aku mengalihkan pandangan ku dari Thalia. Rasa nya aku begitu frustasi karena aku telah melanggar janji ku sendiri terhadap Areta. Membayangkan bagaimana jika Areta tau perihal ini, sudah. Aku aku akan habis, dan mungkin paling parah nya, ia akan meninggalkan ku.
“Lupain yang semalam, anggap aja kita gak pernah ngapa – ngapain” Ucap ku sembari mengambil handuk Thalia yang berceceran di lantai, untuk menutupi setengah tubuh ku yang telanjang.
Aku keluar dari kamar tersebut, meninggalkan Thalia yang masih berada pada posisi yang sama. Entahlah , semakin lama di rumah ini, rasanya aku semakin gila. Aku segera membersihkan tubuh ku kemudian bersiap menuju kantor, menyadari hari ini adalah hari libur , aku buru – buru mengganti pakaian ku, menghubungi Areta, entah rasanya aneh. Hari ini aku rindu dengannya.
Baru saja aku hendak pergi, tiba – tiba Thalia menahan ku. Ia berdiri di depan pintu kamar, memasang badannya, melarangku untuk pergi.
“Apa?” Tanyaku.
“Jangan pergi, hari ini mama papa kamu mau datang” Ucap nya sembari melipat kedua tangan di d**a.
Aku membuang napas kasar
“Bilang, aku sibuk” Jawab ku
Thalia menggeleng
“Udah keburu, ku jawab. Kamu ada di rumah” Jawab nya, aku merasa begitu kesal melihat tampang polos milik Thalia. Rasanya aku ingin mengamuk saja karenanya. Aku mendengus kesal, kemudian berlalu melewati nya.
Thalia mengekori ku dari belakang, ia menyiapkan segala jenis makanan untuk orang tua ku. Cihh dasar, cari perhatian. Tak lama setelah Thalia menyiapkan makanan , mama dan papa ku akhir nya datang. Kami berdua mencium tangan mereka, kemudian mempersilahkannya masuk.
Mama ku nampak begitu sayang dengan Thalia, sementara aku sendiri sudah jengah dengan mama ku yang sungguh menampakan bagaimana sayang nya ia terhadap Thalia.
“Duhh , menantu mama cantik banget” ucap mama ku sembari mengelus kepala menantu nya itu. aku membuang muka, rasa nya muak sekali melihat mereka. Seandainya saja, Areta yang berada di posisi Thalia. Mungkin aku akan jauh lebih senang saat ini.
“Heheh makasih ma” Jawab Thalia
“Thal, gimana udah isi belumm?” Tanya mama ku, aku menoleh ke arah mereka berdua. Bisa – bisa nya mama ku bertanya seperti itu padahal kami ini tidak saling cinta.
“Doain ya ma” Jawab Thalia, mama ku lagi – lagi tersenyum hangat kepada Thalia. Bisa – bisa nya mereka seperti itu sementara aku akan menceraikan Thalia beberapa bulan lagi.
“Makan dulu ya ma, pa , Thalia udah masak. Sengaja tadi kami belum makan soalnya mau makan sama mama sama papa” Ucap Thalia, mama dan papa ku mengangguk sementara aku hanya mengekor di belakang mereka. Thalia mempersilahkan kedua orang tua ku untuk makan, dan tentu saja untuk ku juga. Sembari makan Thalia dan kedua orang tua ku banyak berbincang – bincang, sementara aku? Aku hanya diam saja hingga makanan ku habis. Muak sekali rasanya melihat mereka se akrab itu
“Arta diem aja ih, ngobrol atuh dek sama mama sama papa, gak kangen apa” Ucap mama ku, aku hanya terenyum singkat membalas nya, kemudian aku kembali diam. Mood ku benar – benar hancur karena nya. Setelah mama pulang Thalia bersih – bersih kemudian ikut duduk di sebelahku. Aku lantas menjauh, dia ini maunya apa sih? Kenapa sulit sekali memberitahu nya bahwa aku tidak suka dengan dia.
“Ta mau ngemil ga?” Tanya Thalia, aku menggeleng cepat
“Mau ya?” Ucap nya sekali lagi
Aku kembali menggeleng
“Please… mau” Ucapnya, sungguh aku muak dengan wanita yang sekarang menjadi istriku ini, aku tidak menjawab nya lagi. Aku segera naik ke kamar, mengambil kunci ku kemudian , aku akan segera pergi dari rumah ini. Sialan, dia tidak bisa membuatku betah.
*****
Aku pergi entah kemana, aku tidak akan menemui Areta. Rasa bersalah tentang kejadian semalam sungguh membuatku tidak bisa menatap lama – lama wajah Areta. Aku tidak akan se egois. Rasanya ingin sekali meminta maaf kepada Areta. Tapi mana mungkin aku berani, bisa – bisa ia akan meninggalkan ku jika tahu apa yang telah ku lakukan bersama Thalia semalam.
Aku membelokan mobil ku menuju salah seorang teman dekat ku di masa kuliah dulu, Bastian namanya. Dia salah seorang arsitek yang namanya cukup terkenal karena beberapa kali ia di tunjuk untuk mendesain rumah para artis, sehingga i********: nya kerap kali di tag oleh para artis itu.
“Bas” Panggil ku dengan suara yang sedikit keras hingga sang pemilik rumah keluar
“IDIIHH TUMBEN BANGET NIH PENGANTIN BARU DATENGGG, APA KABAR BRO?” Ucap Bastian dengan heboh nya menyambut kedatangan ku ke rumah nya
“Lebay lo ah” Jawabku setelah menjatuhkan p****t tepat di sebuah sofa empuk
“Haahah eh gimanani pengantin baru, bini lu udah isi belum?” Tanya nya
“Gue mau cerai 6 bulan dari sekarang” Jawab ku, mata Bastian langsung membulat
“Gila lo, kenapa emang?” Tanya Bastian , lagi
“Gue masih suka sama Areta, gimana?” Jawabku
“Tapi lo belum pernah kan ngapa – ngapain bini lu” Ucap Bastian
“Semalem, kita making love without love. Ahh gak sengaja Bas, udah ah muak gua ceritainnya, intinya gak sengaja” Jawabku yang sukses membuat bastian melongo sendiri karenaku