Setelah beberapa jam menunggu dalam keheningan, Mahesa mengintip perlahan dari celah tirai rumah tua itu. Tidak ada suara langkah, tidak ada cahaya senter menyorot-nyorot ke arah mereka lagi. Hutan bambu di sekitar sunyi, hanya suara jangkrik dan desir angin malam yang terdengar. “Kurasa mereka sudah pergi,” bisiknya. Berlian yang sejak tadi duduk menekuk lutut di lantai menoleh dengan wajah letih. “Kamu yakin?” Mahesa mengangguk. “Kita nggak bisa di sini terus. Kita harus kembali, kumpulkan napas, dan pikirkan langkah selanjutnya.” Mereka keluar hati-hati dari persembunyian, menyusuri jalur kecil ke arah tempat Mahesa menyembunyikan mobilnya—sebuah SUV hitam—di balik rerimbunan pohon. Mesin dihidupkan pelan, tanpa lampu sorot utama. Mahesa menyetir perlahan, menembus jalan kampung