Dani menghentikan cumbuannya. Meski belum beranjak dari tubuh Raila, ia tak lagi mencium kasar seperti tadi. Tangan Dani mengusap lembut air mata Raila yang masih mengalir di kedua pipinya yang halus. "Maaf," lirihnya. Ibu jari yang mengusap pipi Raila berhenti di bibir wanita yang amat ia cintai itu. Pelan, Dani mengusap bibir itu dan sedikit menekannya lembut. "Kenapa kamu jadi seperti ini?" tanya Raila pelan. Meski begitu, matanya masih enggan untuk menatap Dani. "Aku ... aku kalap, rasanya seluruh tubuhku terbakar api. Aku tak tahan melihat kamu terus menjauh," jawab Dani lalu mengecup singkat bibir Raila. "Bukankah harusnya aku yang seperti itu?" tanya Raila. Kali ini ia sudah lebih tenang. Dani tak lagi semenakutkan tadi. "Maksud kamu?" "Bangun dulu! Kamu berat!" ucap Raila lal

