Liza berdehem kemudian menyentuh Kamala pelan saat melihat cincin melingkar di jari manisnya. Tanpa menimbulkan kehebohan, dia menyeret kursi untuk lebih dekat ke Kamala, kemudian berbisik, “Banyak bener kamu punya rahasia. Sampai satupun di kantor ini nggak ada yang nyadar. Kamu itu kayak kotak pandora, La.” Tanpa mengalihkan tatapan dari layar laptop, Kamala akan menjawab, “Bukan gitu, Liz. Selama ini aku cuma mau sembunyiin yang menurut aku memang sepatutnya disembunyiin. Kalau sudah benar-benar pasti, baru dikasih tau ke semua orang. Lagi pula, kalian nanti pasti dengar kabarnya. Nggak akan lama lagi, Insya Allah.” “Tapi udah keburu penasaran, gimana dong, la?” Liza merengek, menyogok dengan memijat-mijat bahu Kamala. Siapa tahu luluh. “Sini bisikin aku. Janji nggak bakal kasih tau y