Ratzel menarik kopernya memasuki kamarnya. Segera dia menaiki kasur lebar di sana. Rumah besar di tengah kota Washington ini adalah salah satu dari beberapa aset milik Ratzel pribadi. Dia suka membeli beberapa rumah di tiap negara untuk disinggahi saat dia melakukan penerbangan. "Apa aku harus menelfonnya?" Ucapnya sembari menatap ponsel genggamnya. "Tunggu, lihat siapa yang akan menelfon terlebih dahulu." Putusnya sembari menaruh ponselnya di nakas. Ratzel memutuskan untuk membersihkan tubuhnya, dan berakhir pada bercermin di depan washtafel. Tangannya menyentuh pipinya, rasanya masih terasa saat Caroline mengecup pipinya. Tanpa di sadari Ratzel menyunggingkan senyumnya. "Sayangnya, kau tidak benar-benar aku kejar." Desis Ratzel. Fikirannya buyar ketika pintu kamarnya diketuk. Lanta