Dengan tangan memegang senjata tumpul penuh darah, seorang orang pria berjubah hitam, mengenakan sepatu boots berwarna selaras–dalam posisi setengah berjongkok–tengah begitu asyik meraba-raba area sensitif tubuh wanita yang sudah tergeletak tak bernyawa di atas jalanan sepi tersebut. Memejamkan mata, seakan tengah menikmati sensasi berbeda yang bergelenyar nikmat di sekujur tubuh. Sesekali pria itu membuka mata, memandangi wajah cantik wanita tersebut, sembari membelainya dengan lembut. Mengusap bibir ranum korbannya–yang di setiap sudut bibir terdapat darah segar keluar dari luka pukulan yang diterima, kemudian membelai dan mencium aroma rambut coklatnya yang tergerai. Begitu harum, begitu manis, begitu menenangkan. Ya, hal itu seakan menjadi sensasi tersendiri setiap kali selesai mel