BAB 12 ANNA

1285 Kata
Begitu Emy diberi kesempatan untuk istirahat dia pun segera kabur ke kamarnya dan langsung menyalakan ponsel untuk menelpon Anna. Setelah yakin mengunci pintu kamar rapat-rapat, Emy juga masih harus sambil ngumpet di bilik kamar mandi agar tidak didengar Eric. "Oh Emy apa masih kurang gaji 30 juta untukmu! " triak Anna dari ujung telpon begitu Emy baru mulai bercerita. "Sungguh Anna ini bukan perkara berapa nominal Eric membayarku," desis Emy seolah berbisik di spiker ponselnya. "Lalu apa?" "Entah kenapa aku bisa setuju begitu saja." "Sudah kuingatkan, jangan mentolerir hanya karena dia tampan!" "Oh Anna, Eric memang tampan tapi aku juga tidak akan sekonyol itu hingga menyukainya dan mau diajak melakukan perbuatan kriminal. " "Apa maksudmu dengan perbuatan kriminal!" tegas Anna yang langsung berjengit. "Jangan berteriak seperti aku berbuat kejahatan!" kelit Emy buru-buru. "Eric hanya menyuruhku menceritakan apa yang membuat orang tuanya senang, mungkin hanya kebohongan-kebohongan kecil, An!" ralat Emy sambari berdoa semoga Anna tidak curiga karena sepertinya Emy baru sadar jika mungkin tadi dirinya sudah kelepasan bicara. Anna pasti akan murka bila sampai  tahu jika Emy sudah membantu Eric untuk meretas perusahaan orang tuanya sendiri bahkan membantunya mentransfer dana secara ilegal. Tapi bagaimanapun Emy sudah terlanjur ikut terlibat, karena itu menjaga rahasia Eric juga sama halnya menyelamatkan dirinya. Paling tidak sekarang Emy harus menyelamatkan diri dari omelan Anna yang tidak akan bakal habis  jika  sampai sepupunya itu tahu kalau dirinya sudah terlibat perbuatan kriminal. "Bagaimanapun tetap pikirkan baik-baik semua tindakanmu. Karena secara tidak langsung kau juga akan melibatkanku! tegas Anna. "Ingat Ems aku yang memperkenalkanmu pada Mr. Hardy. Jadi tolong jangan ceroboh karena kau akan ikut menyusahkanku!" "Maaf Anna sungguh, aku tidak bermaksud melibatkanmu," sesal Emy yang terasa percuma. Karena sampai di sini ternyata Emy juga masih belum tahu siapa yang salah dan siapa yang benar di antara ayah dan anak itu. Tapi Emy memang tetap harus menjaga rahasia Eric walaupun ia tahu mencuri dari orang tuanya sendiri tetap perbuatan kriminal. "Aku tidak tahu apa masalah Eric dan orang tuanya, tapi selama ini Mr. Hardy sudah sangat baik padaku, bahkan sejak hari pertama kami bertemu. Karena itu aku sangat menghargainya, kau tidak perlu khawatir." "Tapi kau lebih memilih loyal pada putranya!"____"Kau memang konyol, Ems!" kesal Anna dengan kenaifan Emy. "Percayalah, An. Aku tidak melakukanya demi uang." "Ya, aku percaya! Karena dari ceritamu saja aku sudah tahun jika Eric adalah tipe pria yang bisa mengendalikan siapapun," cemooh Anna yang terpaksa harus ikut ekstra sabar. "Kau bukan wanita yang gampang untuk dipengaruhi Ems. Aku mengenalmu sejak bayi dan kali ini kau bisa menyetujuinya begitu saja tanpa syarat?" heran Anna yang masih berulang kali merasa luar biasa. Sembari menunggu alasan yang ebih masuk akal dari Emy, Anna memilih diam sambil mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan ujung pulpen. "Mungkin karena kadang di satu sisi aku seperti bisa mengerti perasaan Eric, " jujur Emy, kemudian. "Dia sedang mengalami masa sulit dan pastinya tidak mudah saat harus menerima kondisinya sekarang. Bahkan aku yang hanya berpura-pura bisu saja rasanya sudah luar biasa menyiksa. Kadang aku sampai malu karena selama ini sering mengeluh dengan hidupku." "Jadi kau bersimpati karena merasa senasib jadi orang cacat! " celetuk anna begitu mendengar kejujuran sepupunya yang tergolong sangat luar biasa langka. "Mungkin kau benar," pasrah Emy. Emy yang dia kenal selama ini adalah gadis yang kuat bahkan Anna baru tahun jika sepupunya itu pernah merasa jadi pengeluh. Seharusnya sampai disini Anna sudah curiga jika sepertinya memang akan ada yang tidak beres. Sesuatu yang akan membuat Anna menyesal seumur hidup karena telah memperkenalkan Emy pada Eric. "Menurutmu apa yang sekarang harus kulakukan? " tanya Emy. "Tulis saja cerita yang bagus dan kirim ke Mr. Hardy. Baru kemudian rajin-rajinlah berdoa agar kebohonganmu tidak pernah ketahuan! " tegas Anna sebelum menutup telponyan lebih dulu karena kesal. Sepertinya Anna sedang tidak bisa di ajak berdiskusi. Padahal Emy sedang butuh teman yang bisa menilainya dengan waras, karena dia mulai khawatir jika terkurung di rumah bersama Eric benar-benar sudah mulai membuatnya tidak normal. Karena bagaimanapun kali ini Emy juga merasa jika dirinya sudah sangat keterlaluan. Bukan hanya karena dia sudah menghianati Mr. Hardy dan membantu putranya menggelapkan dana perusahaan. Tapi yang terparah Emy sudah menyalah gunakan kepercayaan sepupunya. Walau Anna adalah tipe orang yang gampang meledak-ledak tapi sejatinya dia juga tidak bisa marah  lama-lama. Karena itu di antara semua keluarga besar Emy, hanya Anna lah yang selalu baik padanya. Sebenarnya Emy juga heran untuk apa Eric mencuri uang sebanyak itu jika yang bisa Eric lakukan sekarang hanyalah mengurung diri di dalam rumah. Orang tuanya pun juga sudah begitu sabar menghadapi semua sikap kasarnya. Tak jarang Eric memang seperti orang yang memiliki dua kepribadian. Kadang dia bisa sangat jahat dan kasar tapi kadang juga sangat baik. Sambil menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur, Emy kembali memperhatikan telapak tangannya dan masih ingat saat Eric menuliskan rangkaian angka di sana. Rasanya masih agak aneh. Padahal bisa saja Eric langsung bicara tanpa perlu berlama-lama membuang waktu dengan menulis angka-angka rumit itu di telapak tangannya. Karena rasanya juga sangat tidak sehat untuk perkembangan jantung Emy. Tapi anehnya, ternyata Emy juga bersedia dan membiarkannya dengan suka rela. Entah Emy yang terlalu lugu atau  karena mereka berdua memang terlalu berdekatan di ruangan yang remang. Karena walaupun tak ada bedanya gelap atau terang bagi Eric tapi efeknya tentu tetap berlaku pada Emy. Berulang kali dadanya jadi menghangat dan ikut berdegup kencang karena Eric yang sangat tidak bertanggung jawab. "Lola!" panggil Eric, "makananmu sudah sampai. " Emy segera berjingkat dari tempat tidurnya. Kenapa dia sampai lupa jika tadi mengaku lapar untuk kabur. Emy buru-buru keluar setelah merapikan pakaian dan ikat rambutnya yang sempat kusut. Begitu keluar dari kamar Emy sempat menoleh kekanan dan kekiri tapi dia tidak melihat siapa-siapa. Mungkin jika kemudian ia tidak mendengar suara berisik dari dapur, pasti Emy sudah mengira jika yang berteriak tadi adalah hantu. Saat Emy menyusul ke pantry dia menemukan Eric sudah duduk di meja makan bersama Dokter Daniel. "Kemari, Lola! Kubawakan makanan untukmu." Emy segera berjalan menghampiri mereka berdua. "Eric bilang kau lapar," sambut Dokter Daniel sambil menunjuk karton persegi di meja sebelah mereka. Jadi ternyata Eric menyuruh Dokter Daniel hanya untuk membeli makanan. "Maaf aku tidak tahu kau suka apa." Emy juga hanya mengangguk dan pura-pura tersenyum pada Dokter Daniel. Meskipun sejatinya dia memang kurang suka makanan Cina. Dokter Daniel membawa sejenis makanan yang dikukus dalam wadah pengukus bambu agar bisa langsung kembali dipanaskan di atas meja. Tanpa protes Emy segera menyiapkan pemanas portabel dan piring untuk mereka bertiga. Sembari menunggu makanannya panas Emy menyiapkan semua keperluan Eric terlebih dahulu. Sepertinya Emy tidak sadar ketika Dokter Daniel ikut memperhatikan kejeliannya dalam menyusun sumpit sendok sup dan garpu. "Kau memang suka sekali merepotkan orang, kenapa tidak minta disuapin saja dari pada Lola harus mengukur jarak sendokmu!" kritik Dokter Daniel   yang tadi juga sempat dipaksa Eric untuk menjadi kurir makanan. Tiap kali sepertinya memang hanya Dokter Daniel yang berani mengkritik Eric tanpa membuatnya marah. Karena saat Emy perhatikan, Eric memang hanya diam tidak berkomentar sama sekali, justru dia cenderung acuh dan mengabaikan mereka berdua. Bohong jika Daniel tidak kesal pada sahabatnya itu. Padahal tadi pagi Eric sudah menyuruhnya libur dan tidak perlu datang untuk terapi. Tapi saat dia ingin sejenak saja bersantai, Eric sudah kembali berisik menelpon hanya untuk  minta dibelikan makan siang. Eric sudah mengambil supit dan mulai makan lebih dulu tanpa mempedulikan Dokter Daniel dan Emy yang masih saling menatap heran kenapa Eric sangat keras kepala. Belum apa-apa Eric sudah menumpahkan saus di mangkuk kecilnya hingga menggelinding dan jatuh pecah di lantai. Emy yang tadinya masih menatap Dokter Daniel segera buru-buru mengambil tisu untuk mengelap tumpahan saus yang ikut mengenai lengan Eric. Bahkan Emy sampai mengambil air dari wastafel untuk mencuci lengan Eric dan mengompresnya agar tidak kepanasan. Jika memperhatikan kecekatan dan kesabaran Emy dalam mengurus Eric sepertinya Dokter Daniel pun sempat merasa cemburu dengan keberuntungan sahabatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN