Demario Group. Nadira duduk di kantornya, memandangi kopian surat yang ditemukan di kantong korban. Matanya menelusuri setiap lekukan huruf, mencoba mencari sesuatu yang tidak biasa. Tulisan itu terlalu rapi, terlalu halus untuk seorang terdakwa yang ketakutan akan nasibnya di penjara. Kening Nadira mengerut, sebuah tanda bahwa ia sedang tenggelam dalam pikiran yang dalam. “Ini tidak masuk akal,” gumam Nadira dalam hati. “Tidak mungkin seseorang yang sedang panik bisa menulis dengan ketenangan seperti ini.” Ia terdiam sejenak, kemudian memutuskan untuk mengambil langkah berikutnya. Tangannya dengan cepat meraih ponsel, dan dia segera menelepon Rey. "Rey, aku butuh bantuanmu," kata Nadira segera setelah Rey mengangkat telepon. “Ada apa, Nad?” tanya Rey, suaranya terdengar sedikit kha

