Rumah sedang itu masih seperti dulu. Taman kecil di depannya dulu sangat terawat waktu dia masih tinggal di sana. Namun sekarang, terlihat bahwa taman itu hanya dibersihkan seperlunya saja. Nadira berdiri di depan pintu rumah yang pernah menjadi tempat tinggalnya selama bertahun-tahun itu. Udara sore yang sejuk tidak bisa meredakan perasaan campur aduk yang berkecamuk di dalam dirinya. Rumah ini, tempat di mana ia menghabiskan masa remajanya dengan kerja keras dan air mata, kini terasa asing dan penuh dengan kenangan pahit. Nadira mengetuk pintu. Tangannya gemetar. Bayangan masa-masa pahit yang pernah dia lewati di sana terus tergambar jelas. Dia berusaha untuk tenang sambil menunggu pintu rumah dibuka. Pintu terbuka, Nadira disambut oleh Vania, sepupunya. Tatapan mata Vania din

