Chap. 102. Pembuka Sarapan

1846 Kata

Tisha tidak berhentinya mengomel pada Samuel di dalam kamar pasca kejadian yang berhasil membuatnya merasa takut. Namun, tangannya juga masih melaksanakan tugasnya untuk mengobati luka yang ada di sudut bibir suaminya. Hal ittu tentu saja membuat Samuel tersenyum, karena merasa begitu bahagia mendapat perhatian serta kasih sayang dari wanita yang pernah meninggalkan dirinya begitu saja. “Kenapa diam saja? Kenapa enggak lawan? Mas, kan bisa berkelahi. Jadi, enggak perlu sampai terluka seperti ini, kan?” omel Tisha. Padahal dirinya tahu jika suaminya ini jago dalam hal baku hantam. Namun, kenapa tadi saat berhadapan dengan Ghavin tidak membalas pria itu satu kali pun. Hal inilah yang membuat Tisha kesal sekaligus cemas. Karena dampak dari sikap diamnya sang suami, membuat wajah suaminya me

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN