Killa mengerjapkan matanya secara perlahan. Rasa lelah dan kantuk yang datang bersamaan, membuatnya tidur dengan begitu pulasnya, samppai-sampai membuat dirinya tidak terbangun lagi. “Engh … kenapa perutku terasa berat sekali,” lirih Killa. Killa mengerjap-ngerjapkan matanya untuk ke sekian kali guna mengembalikan kesadarannya sampai penuh. Setelah di rasa sudah sadar sepenuhnya, tangannya meraba bagian perutnya yang terasa berat, seperti tertindih sesuatu. “Kok seperti tangan seseorang, ya?” Killa merabanya sekali lagi guna memastikannya. Lalu ia memberanikan diri untuk menoleh ke samping, demi memastikannya lagi kalau praduganya itu tidaklah benar. Terlebih lagi telinganya mendengar serta merasakan hembusan angin yang begitu jelas. Padahal kamarnya itu tidak mempunyai jendela yang