Dengan pelan, Sharvani menutup pintu kamar, karena Bintang sudah tertidur belasan menit yang lalu. Dia meninggalkan anaknya sendirian di dalam sana, karena ingin bergabung sebentar dengan Galindra dan kedua orang tuanya di ruang tengah.
Setelah menuruni tangga, samar-samar dia mendengar obrolan mereka. Suara berat Galindra memecah keheningan, membuat Sharvani menajamkan telinga untuk menguping.
“Tidak usah terlalu meriah, Ma. Undangannya hanya untuk orang-orang terdekat dan rekan kerja saja. Resepsi ini tujuannya mengulang kembali pernikahan kami dulu, tapi dengan niat yang berbeda. Kami mau memperbaikinya.”
“Tapi jangan terlalu sederhana juga, Gal. Kalau kamu mikirin biaya, tenang saja, Mama sama Papa bisa bantu. Kalau perlu kami yang tanggung semua.”
“Iya, Gal, yang dikatakan Mama-mu
