Sembilan

1929 Kata
Sudah dua hari Aida dan Ye-Jun menginap di hotel pasca acara pernikahan mereka, tentu saja mereka berdua tidak melakukan kegiatan suami-istri .Mereka hanya bersantai di kamar atau sekedar jalan-jalan. Seperti halnya hari ini, hari ini adalah hari terakhir mereka menginap di hotel besok pagi mereka akan segera check-out. Baik orang tua Aida ataupun Ye-Jun sudah lebih dulu pulang. Begitu pun teman-teman Aida, sebagian dari mereka sudah kembali ke Indonesia dan sebagian ada yang memutuskan untuk pindah hotel karena akan ke daerah yang lain. Aida sedang bersenandung sambil menikmati acara siang sambil meminum teh dengan santai. Entah kemana suaminya, sejak pagi Ye-Jun sudah tidak ada di kamar hotel mereka. Suara pintu terdengar saat Aida sedang mengambil cemilan dari mini pantry yang ada. Aida melihat Ye-Jun masuk dengan pakaian olah raga dan handuk kecil yang tersampir di pundak nya. Ia melihat Ye-Jun membawa handuk bersih, lalu kembali jalan memasuki kamar mandi dan tidak lama setelah nya Aida mendengar suara shower yang menandakan Ye-Jun sedang mandi. Aida kembali fokus memilih cemilan yang ada di hadapannya, Aida memutuskan membuat kan secangkir teh hangat untuk Ye-Jun. Lelaki itu sudah menjadi suaminya dan sudah sewajarnya Aida harus melayaninya? Aida mengambil cangkir dan menyeduhkan teh, lalu Aida membawa cangkir itu ke meja tempat tadi ia bersantai. Komplit dengan satu mug kecil gula dan cemilan yang ia pilih tadi. Red velvet slice cake, satu bungkus potato chips, dan beberapa cemilan lainnya. Tidak lama kemudian Ye-Jun muncul ke ruang santai dengan pakaian bersih dan terlihat lebih segar. Ye-Jun berjalan mendekati Aida yang sedang menikmati slice cake red velvet nya, Aida melirik Ye-Jun yang duduk di sampingnya sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Aida menghela nafas pelan, meletakan piring slice cake itu ke atas meja. Ia menyambar handuk dari tangan Ye-Jun. "Duduk di bawah, Aida bantu mengeringkan rambut mu." Tanpa banyak bertanya Ye-Jun langsung duduk di bawah, Aida bergeser duduk dan mulai mengeringkan rambut suaminya itu. "Kau habis dari mana? pagi-pagi sudah tidak ada di kamar." Tanya Aida penasaran, ya memang Ia tidak bangun pagi hanya saja Ia juga tidak bangun terlalu siang. "Hmm? Aku habis jogging di taman hotel lalu ke gym. Memang nya kau yang masih asik tidur saat matahari sudah terbit tinggi." Aida memanyunkan mulutnya lalu mengeringkan rambut suaminya itu sedikit keras karena kesal. "Ya! kau ingin Suami mu botak?! isshh!" "Biar saja! habis jawaban mu membuat ku kesal! Lagi pula Aida tidak bangun siang kok." Ye-Jun tertawa mengejek, "Tidak terlalu siang? Aku sempat kembali ke kamar jam 9, dan seingat ku kau masih bergelung dengan kasur saat itu." Aida semakin mengerucutkan mulutnya, memang apa salahnya bangun siang? toh saat ini mereka masih berlibur, walaupun tidak bisa di namakan Honeymoon tetap saja judul nya sedang berlibur. "Bukan Aida yang bangun siang, kau saja yang terlalu rajin bangun pagi." jawab Aida masih tidak mau mengalah. Ye-Jun mengangkat bahunya tidak peduli. Ye-Jun langsung bangun dan duduk di samping Aida begitu wanita itu selesai mengeringkan rambutnya. Ia melihat teh di cangkir yang belum tersentuh. Ye-Jun mengangkat alisnya lalu menoleh pada Aida dan bertanya, "Teh itu untuk ku?" Aida meletekan handuk di sampingnya lalu menatap cangkir teh itu, ia mengangguk dan menatap Ye-Jun. "Iya, Aida tadi membuatkannya untuk mu. Tapi sepertinya sudah dingin, mau Aida hangatkan lagi atau ingin di buat kan yang baru?" Ye-Jun mengambil cangkir teh itu. "Tidak usah, Aku minum yang ini saja." Aida tersenyum saat melihat Ye-Jun meminum teh buatannya, ada rasa senang yang menjalar di hati Aida. Ye-Jun kembali meletakan cangkir itu dan mengambil potato chips di hadapannya. "Ngomong-ngomong kapan kau akan berangkat ke jepang?" Tanya Aida sambil kembali memakan slice cake nya yang sempat tertunda. Ye-Jun berfikir sebentar, "Minggu depan, tapi mulai lusa Aku sudah harus kembali bekerja, untuk menyelesai kan pekerjaan yang tertunda. Kenapa? kita sudah sepakat tidak akan pergi Honeymoon kan?" Aida mengangguk. "Aida ingat, Aida hanya ingin memastikan agar bisa membantu mu mengemas nanti." Ye-Jun menganggukkan kepalanya sembari mengucapkan Terima kasih. *** Waktu menunjukkan pukul tiga sore, beberapa jamlagi waktu makan malam untuk mereka. Aida yang sedang melihat-lihat akun sosmednya di kasur di kagetkan dengan Ye-Jun yang tiba-tiba datang. kenpa suaminya itu sering menghilang sih? "Ayo kita makan malam di luar." Aida mengerutkan kedua alisnya saat mendengar ajakan tiba-tiba dari suaminya. "Kenapa tiba-tiba kau mengajak ku keluar?" Ye-Jun berjalan menuju meja panjang yang berada di sebelah kasur, mengambil dompetnya. "Aku tadi baru saja dapat informasi kalau di dekat sini sedang ada pasar malam." "Pasar malam?" Ye-Jun mengangguk, ia mengambil jaket miliknya dan Aida, lalu melemparkannya pada Aida. "Pakai jaket mu." "Sekarang?" tanya Aida ragu. Ye-Jun menatap Aida lalu mengangguk yakin. "Aku sudah menyewa mobil yang di sediakan hotel ini. Jaraknya 30 menit dari sini. Ayo." Akhirnya Aida mengangguk dan memakai jaketnya. Lagi pula malam ini terakhir di sini, besok pagi mereka sudah harus pergi. Jadi kenapa tidak. *** Begitu sampai di tempat dan memarkirkan mobil sewaan mereka. Aida dan Ye-Jun langsung mengelilingi pasar malam tersebut,suasananya mirip seperti street food di Myeongdong. Saat sedang berkeliling, ada dua orang wanita muda. Jelas sekali mereka mengagumi wajah tampan Ye-Jun, walaupun saat ini suami Aida itu sedang memakai kacamata hitam sebagai bentuk penyamaran. "Maaf, apa anda Alex 3Nite? Saya penggemar berat anda." kata salah satu gadis itu yang mendekati Ye-Jun. Ye-Jun menatap wanita lalu tersenyum sopan. "Maaf saya bukan Idol, banyak yang salah mengira aku juga. Tapi Alex jauh lebih tampan dari pada saya." lalu dengan segera Ye-Jun menggandeng Aida dan pergi dari sana. Aida menatap suaminya, "Kenapa kau berbohong?" "Aku tidak berbohong." Aida mendengus kesal. "Kalau tidak berbohong lalu apa tadi? kau kan memang Alex member 3Nite." Ye-Jun menghela nafasnya lalu merangkul Aida. "Tapi hari ini aku adalah Ye-Jun, suami dari istri ku ini. Apa aku salah?" tanya Ye-Jun sambil menatap Aida. Pipi Aida langsung bersemu merah, menyunggingkan senyum sambil mengangguk. "Sudahlah, ayo kita cari makan." Aida diam-diam melirik suaminya, pria itu ingin Aida untuk tidak jatuh hati padanya. Tapi pria itu tidak pernah bersikap acuh, walaupun terkadang Ye-Jun bisa begitu sangat menyebalkan, tapi lelaki itu benar-benar memperlakukan Aida dengan baik. Aida menghembuskan nafasnya membuat Ye-Jun menoleh pada Aida. "Kenapa?" Aida menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa. Aku lapar, sebaiknya kita segera membeli makanan." Waktu berlalu begitu cepat, hari sudah mulai malam namun suasana di sini justru semakin ramai oleh para pembeli. Aida dan Ye-Jun sedang duduk di salah satu tempat yang tersedia, di hadapan mereka ada beberapa jajanan yang sebagian besar tentu saja hasil buruan Aida. Ye-Jun menatap Aida yang sedang memakan mochi cokelat, ia meneguk minuman sodanya lalu bertanya, "Setelah ini kita pulang? atau kau masih ingin melihat-lihat? " Aida menelan potongan terakhir mochi di tangannya, lalu meminum tehnya. "Aku ingin lihat stand pernak-pernik di sebelah sana, lalu setelah itu kita pulang." Ye-Jun mengangguk, ia ikut memakan tteokbokki di hadapan mereka sambil melihat suasana sekitar. Ye-Jun pikir di sini hanya menjual makanan tetapi ada juga stand pernak-pernik dan juga baju. Mungkin tadi Ye-Jun dan Aida datang terlalu cepat sehingga belum banyak yang buka. Dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam tapi benar-benar ramai dengan pedagang dan pembeli. Begitu semua makanan mereka habis dan membereskan meja mereka, Ye-Jun dan Aida langsung pergi menuju stand yang ingin di tuju Aida. Stand itu berada di paling ujung sehingga tidak terlalu banyak yang melihat-lihat kemari. Stand itu menjual berbagai macam seperti gantungan kunci, pin, jepit rambut, dan masih banyak lagi. Aida sangat suka dengan pernak-pernik seperti ini, terutama yang menurutnya lucu dan unik. Terkadang ia akan menggunakannya sebagai aksesoris pelengkap di baju rancangannya, atau memakainya sendiri. Aida melihat satu set manik-manik lucu, ada empat bentuk dalam satu set itu. Aida juga menemukan bandul liontin indah berwarna hijau laut yang berkilau. Ye-Jun membiarkan istrinya itu melihat-lihat, ia sendiri hanya menunggu sambil melihat anting dan kalung yang berjejer cantik di hadapannya. Ye-Jun mengambil satu kalung dengan bentuk tiga tetesan air dan bunga Clover di kiri kanannya. Salah seorang penjaga toko itu tersenyum melihat Ye-Jun terus menatap kalung itu. "Aku rasa kalung itu sangat cocok di pakai istrimu. Kami hanya membuat satu untuk di setiap modelnya. Dan kalung itu berpasangan dengan anting ini." katanya sambil memperlihatkan anting dengan untai panjang yang di bawahnya adalah bentuk tetesan air. Seakan-akan membentuk air yang jatuh. Ye-Jun menatap Aida yang masih terlihat sibuk memilih lalu ia kembali menatap kalung di pegangannya, ia lalu menoleh pada penjaga toko itu. "Aku ambil satu set ini." Penjaga toko itu mengangguk, mengambil kalung itu dan membungkusnya. Tepat setelah Ye-Jun menaruh bungkusan itu di kantong jaketnya, Aida datang menghampiri Ye-Jun. "Kau beli apa?" Ye-Jun menggeleng, "Tidak beli apa-apa. Kau sendiri?" Aida mengangkat bingkisan di kedua tangannya sambil tersenyum lebar. "Banyak hehehe." Ye-Jun mengambil semua bingkisan itu dari kedua tangan Aida dan membawakannya. "Sudah selesaikan? ayo kita pulang, kita masih harus berkemas." *** Begitu kembali ke hotel, Aida dan Ye-Jun langsung mengemasi barang mereka. Jam menunjukkan pukul 1 malam saat mereka selesai berkemas, sedangkan mereka harus sudah chek out pukul 8 pagi. Aida menaruh hati-hati barang yang tadi ia beli, ia memang sengaja tidak memasukkannya ke dalam koper karena khawatir rusak. Aida membaringkan tubuhnya di kasur, ia mengambil ponselnya dan mulai melihat akun sosial medianya. Aida melihat Ye-Jun yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil membawa baju kotornya. "Masukan baju kotor itu di tas merah. Supaya koper mu tidak bau." Ye-Jun mengangguk dan memasukan baju kotornya ke tas yang Aida maksud. Setelah semuanya beres, Ye-Jun ikut berbaring di kasur bersama Aida yang masih setia dengan ponselnya. "Besok kita langsung pulang ke rumah ku." ucap Ye-Jun sambil memainkan ponselnya. Aida menoleh ke samping dan menetap suaminya. "Apa kita akan tidur di kamar yang sama?" Ye-Jun menggelengkan kepalanya, "Tidak, kita akan tidur di kamar yang berbeda." Aida mengangguk mengerti. Ye-Jun menaruh ponselnya di atas dadanya, "Tapi lebih baik kau juga menaruh beberapa pakaianmu di kamar ku, Eomma pasti akan menginvestigasi rumah." Seketika tawa Aida meledak, "Memangnya kau anak usia berapa tahun sampai ibu mu menginvestigasi rumah mu? atau jangan-jangan kau pernah- Aduh!" belum selesai Aida berbicara Ye-Jun memukul kepala istrinya itu dengan bantal. "Jangan berpikir yang macam-macam! Kau tahu sendiri kita ini di jodoh kan pasti eomma ingin memastikan kalau kita benar-benar tidur bersama." "Aida tidak masalah kalau kita tidur di kamar yang sama." Ye-Jun menaruh ponselnya di meja samping tempat tidur. "Sudahlah, pokoknya taruh beberapa barang mu di kamar ku besok. Dan kita akan tetap tidur di kamar yang berbeda." Ye-Jun berbaring memunggungi Aida. Aida menatap punggung suaminya, "Tapi aku tetap istrimu?" Ye-Jun berbalik menghadap Aida, ia menepuk bantal di sebelahnya menyuruh Aida untuk mendekat padanya. Aida menaruh ponselnya di meja samping kasurnya lalu berbaring mendekat pada Ye-Jun. Tubuh Aida menegang begitu Ye-Jun memeluknya. "Kau tetap istriku, tentu saja kau istriku. Kau pikir pernikahan kemarin hanya sandiwara? Aku hanya tidak bisa membiarkan mu jatuh cinta padaku, begitu pun sebaliknya. Aku tidak akan membiarkan diri ku jatuh cinta padamu." "Kenapa?" "Aku tidak bisa mengatakannya sekarang. Aku tidak sebaik yang kau pikiran." "Aida tidak pernah berpikir kau baik, kau kan menyebalkan." Ye-Jun terkekeh geli. "Sudahlah ayo kita tidur. Kita harus bangun pagi jika tidak ingin di seret keluar oleh pihak hotel." Ye-Jun mengeratkan pelukannya. Aku tidak bisa membiarkanmu jatuh cinta pada pria seperti ku....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN