Konser yang berlangsung meriah selama 2 jam itu pun harus usai. Penonton pulang dengan puas. Seperti biasa. Tak ada yang mengecewakan dari penampilan seorang idol SHUU. Meski begitu di belakang panggung ia masih harus berpura-pura di hadapan para crew konser. Pujian dan tepuk tangan datang dari semua orang. Pemain musik, penari latar, piñata panggung, koreografer, produser dan sutradara acara, sponsor, semua merasa puas berkerja sama dengan SHUU. Dan berharap dapat berkerja sama lagi. SHUU adalah bintang. Bintang yang cahayanya dipaksa memancar. Tapi, Shuuya tetap dapat melakukan semuanya dengan baik.
Kini tertinggallah sang bintang dengan dirinya sendiri.
“Shuuya san!!!”
“Oi, Shuuya kun.”
“William kun? Erick kun?” Shuuya sedikit kaget bisa ada penonton yang memasuki belakang panggung hingga sedalam ini. Apalagi sampai mendatangi ruang pribadinya. “Bagaimana kalian bisa masuk?” tanyanya.
Erick melirik ke arah William. “Perusahaan sponsor konser ini milik ayahnya.”
“Benar, tapi aku sengaja merahasiakannya untuk kejutan. Penampilan Shuuya-san hebat sekali. Aku yakin besok akan jadi trending topic di sekolah kita,” puji William.
“Haha, mungkin kau benar.” Jangan sebut orang di atas panggung tadi sebagai aku, pikirnya.
“Tapi, sayang sekali Ao senpai tidak bisa turut menyaksikan bersama kita,” sesal William.
“Shuuya kun, ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu,” beritahu Erick.
“Apa? Apa? Apa?” tanya Shuuya tiba-tiba gugup.
“Anak kecil keluar sana!” dorong Erick ke punggung William.
Meskipun dengan wajah cemberut. Akhirnya William setuju untuk keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Shuuya dan Erick. Tuan dan pelayannya.
“Aku yakin terjadi sesuatu pada Ao. Apa pun yang terjadi kau harus memberiku kabar tentang keadaannya. Ao mustahil menghilang begitu saja,” titah Shuuya.
“Daripada memikirkan orang lain. Lebih baik pikirkan kewajibanmu sendiri,” saran Erick.
“Kau membantah ucapanku?” tantang Shuuya.
Erick menjawab, “Tidak. Oh iya, aku baru menyadari sesuatu.”
“Apa?” tanya Shuuya.
“Tentang ikatan emosional. Antara shinigami yang dikontrak secara resmi. Dengan shinigami yang melakukan kontrak ilegal dengan manusia. Jika melalui kontrak resmi dengan Rieki-Shinmei. Relation yang tercipta adalah antara tuan dan pelayan. Seperti aku denganmu. Jika lewat kontrak ilegal kekuatan yang akan didapat kedua belah pihak memang lebih besar. Tapi, shinigami memiliki kewenangan untuk memutuskan sendiri. Shinigami dapat bergerak secara bebas,” jawab Erick serius.
“Jadi, kematian yang terjadi selama ini beberapa bisa jadi merupakan keputusan Keaven? Tidak semua diputuskan oleh contractor?” tanya Shuuya mengkonfirmasi.
“Tepat sekali,” jawab Erick.
“Berarti yang harus mati memang Keaven,” putus Shuuya.
“Kematian akan menjadi hukuman yang terlalu ringan untuknya. Maka aku pikir kau harus mempertimbangkan ulang usulku untuk segera menghabisi Ao. Kau sangat beruntung karena aku memberitahumu soal hal ini.”
“Tidak akan. Lakukan saja perintahku,” putus Shuuya.
“Aku akan melakukannya. Hanya jika kau berjanji tak akan membuatku harus membunuh Keaven,” pinta Erick balik.
Tanpa persetujuan Shuuya. Erick membuka pintu dan membiarkan William masuk.
Krik.
William menoleh ke keduanya. “Eh? Kalian berdua kenapa?” tanyanya.
Keduanya tetap tak bersuara. Entah karena kesal satu sama lain atau bagaimana. Shuuya hanya ingin Erick mematuhi seluruh ucapannya. Erick hanya ingin Shuuya tak memintanya menghabisi Keaven. Kematian akan terlalu ringan untuk seluruh pelanggaran yang telah Keaven lakukan sebagai shinigami. Dan ia sebagai putra Raja Bataa telah diamanatkan oleh ayahnya sendiri untuk bertanggung jawab akan semua itu. Namun, yang terjadi malah di luar kendali. Erick sendiri tidak menyangka jalannya akan jadi seberat ini.
“Aku tahu.” William berkata lagi, “Kalian pasti sangat mengkhawatirkan Ao senpai. Namun, apa pun yang terjadi padanya. Aku yakin ia ingin kita tetap bersatu. Tuhan tidak mempertemukan kita tanpa maksud. Pasti ada suatu hal yang akan kita lakukan bersama. Ao senpai juga pasti senang jika mengetahuinya.”
Shuuya membalik tubuhnya membelakangi Erick dan William. Hendak mengemasi barang-barang. “Huh. Kau jadi bicara seolah-olah Ao kun sudah mati.”
“Bagaimana jika iya?” tanya William.
Shuuya membalik tubuhnya lagi. Menatap kedua mata William bulat-bulat. “Apa maksudmu?” tanyanya ketus.
“Apa salah? Jaman sekarang manusia bisa begitu mudah kehilangan nyawa. Entah apa yang langit pertimbangkan sehingga mengutus para Rieki Shinmei untuk melakukannya. Tapi, setiap waktu kita juga harus bersiap akan kehilangan yang bisa tiba-tiba terjadi. Yatsuhisha adalah perusahaan yang terkenal. Tapi aku baru tahu bahwa mereka memiliki pewaris laki-laki. Sekarang saat kita tahu bahwa Ao senpai adalah pewaris mereka. Itu tentu merupakan suatu hal yang baru. Belum tentu semua orang di Jepang sudah mengetahuinya. Dan jika tiba-tiba ia mati karena menjadi korban Rieki Shinmei atau apa pun itu. Bagaimana mereka akan menjelaskannya? Bisa-bisa tuduhan miring diarahkan terhadap grup Yatsuhisha. Merahasiakan hal itu selama-lamanya bisa jadi pilihan bagus,” analisa William.
Gila. Dia benar juga. Tapi seharusnya Erick akan mengetahui setiap kematian di benua Asia. Kecuali kematian yang dilakukan oleh Keaven atau Rieki Shinmei yang lainnya. Apakah Rieki Shinmei yang lain telah mencabut nyawa Ao kun? Bagaimana ini? Bagaimana? Apa yang harus kulakukan? Ao, Ao, Ao!
Toktoktok.
“Masuk,” jawab Shuuya.
Kepala Takuta muncul dari celah pintu yang terbuka. “Bisa aku kembali sekarang? Kau sudah tak membutuhkan apa pun kan? Aku harus menjenguk kerabatku…”
Shuuya memiringkan kepalanya. Ia menengok ke arah kedua temannya. Setelahnya ia meminta Takuta masuk. Bergabung bersama ketiga pemuda SMA itu.
“Kau adalah pamanku. Maka saudaramu adalah saudaraku juga. Aku ingin ikut menjenguknya.”
DUAARRR!!! “A, ah…”
“Teman-teman, aku duluan, ya.”
Jika benar Shuuya seorang Rieki Shinmei. Ia lebih berharap Shuuya membunuhnya daripada semua rahasianya terbongkar. Ya, benar. Tidak semua hal tentang Takuta Sashi muncul dalam Blank Record.
“Biarkan aku yang menyetir.” Shuuya mendorong tubuh Takuta menjauh dari pintu jok pengemudi. “Sekarang akan ke mana kita?” tanyanya.
Takuta masih syok akan ucapan Shuuya. Ucapan Shuuya lebih buruk daripada vonis mati.
“Baiklah, Paman. Jika kau tak mengatakan di mana saudaramu dirawat kita tak akan pernah berangkat. Aku tahu selama ini aku kurang peduli dengan keluarga kita. Tapi itu bukan berarti aku tak bisa berubah.”
“Rumah Sakit Tokorozawa,” ucap Takuta tanpa sadar.
“Oke.” Shuuya menggerakkan mobil itu. Mobil Takuta, pamannya. Mercedez Libra keluaran tahun 2018 dengan nomor seri 23297A. Salah satu kendaraan paling eksklusif saat ini. “Siapa namanya? Nama kerabat kita yang bisa membuatmu melalaikan pekerjaan,” tanya Shuuya.
“Hmm…”
Duak. Kemudian dengan cepat Takuta memiting leher Shuuya. Dan membiusnya dengan obat bius yang selalu ia siapkan di belakang jok pengemudi. Shuuya tak sadarkan diri seketika. Takuta segera mengambil alih kemudi. Di jalanan sepi 3 blok sebelum Rumah Sakit Tokorozawa. Takuta meletakkan tubuh Shuuya yang tak sadarkan diri.
“Tolong maafkan aku.”
Ia kembali menjalankan kendaraannya. Dirinya, Wedding Nehl: diri seorang Takuta Sashi yang tak mengenal Shuuya Hashimoto.
“Maka aku tak akan berdosa pada Kakak karena melakukan hal ini.”
Prioritasnya sebagai seorang Wedding Nehl hanyalah Master.