Kansa menekan bel dengan tidak sabar. Gadis itu kemudian menggedor daun pintu. Daun pintu masih juga belum terbuka. Kansa kembali menekan bel berkali-kali hingga ia mendengar suara dari dalam rumah. “Iya … iya, tunggu sebentar.” Kansa menghentak keras napasnya. Gadis itu menatap lurus ke depan. Menunggu benda persegi panjang yang terbuat dari kayu di depannya terbuka. Kansa meremas kepalan tangannya. ‘Ceklek!’ Pintu terbuka, memperlihatkan sosok perempuan yang sudah beberapa tahun bekerja di kediaman Yahya. “Kansa? Ada apa? Bagaimana ibumu?” Kansa menatap perempuan yang berdiri di depannya seraya menekan katupan rahangnya. Dia tidak bisa percaya pada siapapun yang tinggal di rumah ini. Tidak seorang pun! Terserah jika orang akan mengatakan ia berpikiran buruk, tapi, di mata Kansa sek