Petra's POV Satu jam setelah pekerjaan selesai, kami berdua berakhir di ranjang yang sama. Kami terlena, kami melakukan perbuatan terlarang itu. Wajah Melinda dan anak-anak melintas, menimbulkan penyesalan yang tidak terkira. Di sampingku, Winda meringkuk nyaman. Seperti tidak berdosa melepaskan keperawanan pada pria beristri. "Kenapa tidak bilang kalau kamu masih perawan?" tanyaku lirih. "Karena aku mencintai, Pak Petra," jawabnya lugas. Aku menekan kedua mata dengan jari. Menghalau bayangan pergumulan kami. Saat mulai sadar dia masih perawan, aku ingin menghentikan seketika. Aku merasa dia berbeda dari pertama kali aku menyentuh Melinda. Seolah ada dinding yang menghalangiku. "Jangan berhenti," ucapnya memohon. "Lakukan saja, aku siap untuk membuat, Bapak, bahagia malam ini." So