Winda's POV Namun begitu aku masih mencintainya sampai detik ini. Ketika aku mulai terima jadi istri kedua, tapi justru Bang Petra makin menjauh. Pandanganku mulai mengabur. Aku mendongak untuk menghalau embun yang hendak menetes. Tari menggeser duduknya dan merangkul pundakku. "Dari mana kamu tahu, kalau istrinya hamil lagi?" tanyaku penasaran. "Aku melihatnya di mall kemarin sore." Berpikirlah secara waras, Win. Jangan begini terus. Sampai kapan kamu mau disebut sebagai pelakor, hah." Tangisku pecah. Pelakor? Menyakitkan sekali gelar itu. Aku memang wanita kedua, tapi aku tidak pernah menuntut Bang Petra untuk menceraikan istrinya. Tidak pernah sekali saja aku memintanya begitu. Memang aku pernah datang ke rumahnya beberapa kali atau menghubungi istrinya hanya untuk membuat kekacau