“Maaf pak, Pras belum bisa adil” Ucap Pras dengan nada yang bergetar, membayangkan Nabila harus menanggung beban seperti itu seorang diri, membuat Pras merasa sakit sendiri. Ia bahkan berkali-kali mengusap air mata di pipi nya. “Tidak usah menangis, kamu selalu seperti itu tiap kali jahat kepada anakmu sendiri” “Kakek aku min-“ “Siapa yang kamu panggil dengan sebutan seperti itu? kamu tidak punya kakek disini…” Laura diam ketika mendengar pria tua itu masih melarangnya memanggil kakek, padahal Laura pikir, statusnya sama dengan Nabila. “Bapak minta Pras untuk adil ke Nabila, sementara Bapak sendiri belum bisa adil sama kedua cucu bapak sendiri, bapak yang masih selalu lihat ke masa lalu, sementara Bapak selalu nyuruh aku buat a