Tentu saja Laras merasa malu, rasanya ia ingin menghilang di antara kegelapan dan berjanji tidak akan datang lagi ke toko tersebut. Dalam hati ia bahkan mengutuk suaminya sendiri, rasanya ia sangat malu apalagi yang meremehkannya seperti itu adalah salah satu sosialita terkenal di kota dimana mereka tinggal. Laras malu, ia bahkan tidak berani mendongkakan kepalanya disepanjang perjalanannya menuju parkiran mobil. Tentu saja Laras langsung pulang, ia ingin melumpahkan kekesalannya terhadap sang suami, ia ingin mengamuk, ia ingin marah m dan kini tentu saja rasa bencinya terhadap Nabila semakin menjadi-jadi. Dalam hati Laras berpikir bahwa semua ini terjadi akibat anak tiri nya yang seolah-olah pandai sekali mengambil hati ayah nya. BRAKK!!! Laras membuka