“Nabila buka!” Pras menggedor-gedor pintu kamar milik putri nya sendiri, entah sudah berapa kali pria itu membuat keributan di depan kamar putrinya sendiri. “Kurang ajar ya kamu! Ayo sini keluar!” Teriak Pras dengan amarah yang sangat memuncak. Sakit perut yang di rasakan oleh Nabila juga sudah di ambang batas, ia ingat bahwa ia sudah tidak mengisi perutnya dengan baik lebih dari 24 jam lama nya. Rasanya begitu perih hingga ia sendiri tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. “Kakek…” Nabila menelfon bapak dari ayah nya itu, satu-satu nya orang yang bisa Nabila harapkan bahkan hingga sampai detik ini. Yang di telfon segera sadar bahwa cucu nya sedang dalam masalah, suara riang dari cucu nya sama sekali tidak terdengar kali ini, bahkan yang ia dengar h