Empat Puluh

1781 Kata

Secercah cahaya kecil membuat Sena perlahan membuka matanya. Bau busuk sungguh sangat menyengat indera penciuman. Sena meringis saat merasakan kepalanya yang terasa berat. Perlahan ia menggerakkan tangannya. Sial, kenapa susah? Sena terkejut saat menyadari keadaan tubuhnya, tangan dan kaki yang terikat. Duduk mengenaskan di pojokan bangunan tua yang lantainya hanya tembok kasar tanpa keramik. Pandangannya menyapu sekeliling. Kenapa ia bisa berada di tempat seperti ini? Gedung tua yang tak terurus. Bahkan Sena yakin, jika tempat ini sangat cocok untuk syuting film horor. Mungkin ia akan memberi tahu Bram tentang tempat ini. Aura magis sungguh terasa. Tapi ia tak tahu ini di mana. Sena mulai mengingat kejadian sebelumnya. Hei, bukankah seharusnya ia pergi dengan Diwan? Ah, sial! Sena per

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN