Bab 3

2222 Kata
"Jadi kita semua telah sepakat, ya. Pernikahan akan dilangsungkan dua minggu dari sekarang! Ayah Meta menyodorkan sebuah kertas kepada kedua orang tua Alex, yang datang melamar putrinya. "Semoga rencana pernikahan ini berjalan dengan sangat lancar. Untuk akad nikah dan resepsi, biar kami sekeluarga yang mengurusnya. Bapak sekeluarga menerima beres saja. Karena pernikahan ini adalah impian kami juga. Akhirnya putra tunggal kami mau melepas masa lajangnya." Ayah Alex menutup acara lamaran Alex dengan Meta malam itu. Di saat Meta dan Alex melakukan lamaran, Ganjar dan Lusi sedang melakukan pertunangan di sebuah hotel mewah. Dengan sebuah ancaman, akhirnya Ganjar mau bertunangan dengan Lusi. Walaupun di hatinya hanya ada cinta untuk Meta. Setelah acara pertunangan mereka selesai, Alex dan Meta memutuskan untuk menghadiri pertunangan Ganjar dengan Lusi. Malam itu, Meta terlihat sangat cantik dan anggun. Dengan midi dress brokat selutut, di bagian bawah yang sedikit mengembang, berhasil memperlihatkan kaki jenjang mulus milik Meta. Aksen taburan payet pada midi dress tersebut semakin memancarkan aura kecantikan gadis berusia dua puluh dua tahun tersebut. Rambut hitam panjang Meta diikat setengahnya. Ditambah dengan polesan make up natural ala artis Korea, semakin memancarkan kecantikan Meta. Penampilan sederhana namun mempesona, membuat calon istri Alex langsung menjadi pusat perhatian para tamu undangan. Bahkan, Meta mampu mengalahkan pesona Lusi sebagai pemilik acara. Ganjar tidak mampu mengedipkan matanya sendiri, saat Meta dan Alex jalan mendekatinya untuk memberikan ucapan selamat atas pertunangannya dengan Lusi. "Selamat, ya. Gan. Semoga kalian berdua segera menyusul kami berdua." Alex menepuk pundak Ganjar. Ganjar langsung terkesiap dan tersadar dari lamunannya. "Ah, ya. Aku juga ingin mengucapkan selamat untuk kalian berdua. Jadi ..., kapan rencana pernikahan kalian berdua dilangsungkan?" "Dua minggu dari sekarang. Ucap Alex, sambil mencium punggung tangan Meta yang ada di dalam genggamannya. "Cepat sekali?" Alex mengernyitkan dahinya. "Maksud kamu?" "Ah. Maksudku, jika kalian berdua tidak terlalu terburu-buru mungkin kita akan melangsungkan pernikahan secara bersamaan. Sayang sekali, pernikahanku dengan Lusi akan dilaksanakan tahun depan. Ya, kan, Lus?" Menyiku lengan Lusi yang ada di sampingnya. Lusi segera mengangguk kikuk. "Kalau begitu, kenapa kalian tidak mempercepat pernikahan kalian berdua. Sehingga kita bisa menikah secara bersamaan. Jika hari pernikahan kalian dimajukan, itu lebih baik. Karena kami tidak mungkin mundur karena tanggal pernikahan kami telah ditetapkan." "Setuju!" Jawab Lusi cepat. "Aku belum memiliki niat untuk menikah. Asalkan kamu tahu, Lex, aku bertunangan dengan wanita di sampingku ini karena paksaan dari ibuku. Aku tidak mengetahui apa yang bisa membuat ibu memaksaku untuk bertunangan dengannya. Tidak ada hal yang menarik dari wanita itu. Dan lihatlah. Bahkan calon istrimu lebih cocok menjadi pendampingku disini." "Maksudku, Meta lebih mempesona malam ini." Ganjar segera meralat perkataannya. "Ah.... Seperti itu, aku kira, kamu ingin menjadikan Meta sebagai tunanganmu." Alex terkekeh. Menyembunyikan kekesalannya karena Alex tahu apa maksud ucapan Ganjar. Meta tersipu malu karena pujian kedua pria tampan yang ada di dekatnya kini. Terlebih pujian datang dari pria yang dicintainya, Ganjar. Lusi yang merasa tidak dianggap segera beranjak meninggalkan kedua pria tersebut. Wanita itu menggerutu tidak jelas. Ia segera mencari keberadaan kedua orang tuanya. Berlama-lama berada disana, bisa membuatnya mati gaya. Tanpa terasa, akhirnya hari pernikahan Alex dan Ganjar tiba. Kedua calon mempelai itu segera bersiap untuk menghadiri acara akad nikah mereka berdua. Yang dilangsungkan di rumah Meta. Dengan konsep outdoor, rumah sederhana milik Meta telah diubah menjadi lokasi pesta yang sangat mewah. Di pagi hari, beberapa orang kerabat kedua mempelai telah tiba. Mereka semua bersukacita, karena Meta akan dipersunting oleh seorang pria yang memiliki karir yang cukup bagus. Di tempat lain, Alex sedang bersiap untuk menemui sang calon istri. Dengan setelan jas berwarna putih gading, membuat pria tampan tersebut semakin terlihat mempesona. "Jangan gugup seperti itu!" Ucap sang ayah, kepada sang putra yang sedang memandangi dirinya di sebuah cermin besar. "Ayah...." Ucap Alex gugup. "Ada yang ingin bertemu denganmu, Lex. Ayah harap, kamu menerima tawarannya. Agar kehidupan kita bisa lebih layak daripada sekarang. Kamu tahukan, apa cita-cita Ayah dan ibu kamu?" Alex mengernyitkan dahinya, "Ma-maksud Ayah?" Bingung dengan maksud ucapan sang ayah. "Lex ...!" Alex dan ayahnya menoleh ke arah suara yang sangat mereka kenal. "Ganjar? Apa yang sedang kamu lakukan?" Alex semakin bingung saat atasan, sekaligus sahabatnya itu berlutut di hadapannya. "Aku mencintai Meta." Ucap Ganjar, duduk bersimpuh di hadapan Alex. Kepala pria itu tertunduk dalam. Kedua tangannya meremas erat. "Aku tidak sanggup jika harus melihatnya menikah denganmu. Aku mohon, lepaskan dia untukku. Maka aku akan memberikan apapun untukmu." Katanya lagi. Alex menggeleng, "Aku tidak bisa, Lex. Aku sangat-sangat mencintainya. Meta segalanya bagiku. Beberapa jam lagi kami akan menikah. Kalau kamu ingin bercanda jangan sekarang, Lex." Meskipun tahu Ganjar tidak main-main dengan ucapannya, tetap saja Alex berusaha semuanya tampak tak baik-baik saja. "Aku serius dengan segala ucapanku, Lex." "Maaf, Gan. Aku tidak bisa mewujudkan keinginan kamu. Akan banyak hati yang akan terluka jika aku melakukannya termasuk aku sendiri." "Akan tetapi, jika kamu melakukannya, ada orang tua yang akan bahagia." Sela ayah Alex. "Ganjar akan memberikan anak perusahaannya yang ada di Bali untukmu, Lex. Ayah ingin kamu menerimanya. Kamu bisa mencari wanita lain untuk menjadi istri. Kamu masih muda. Jalanmu masih panjang. Untuk Meta, kamu tidak usah khawatir, Ganjar akan menggantikan posisi kamu." Pembicaraan mereka tiba-tiba saja berhenti. Mendengar getaran telepon genggam milik Alex memecah keheningan di ruangan tersebut. Alex meraih telepon seluler miliknya dan segera mengangkat panggilan yang masuk. Disana terlihat Meta-lah yang sedang menghubunginya. "Ada apa, Sayang?" "Satu jam lagi akad nikah kita dimulai! Mas dimana?" tangannya pelan. "Aku segera berangkat!" "Baiklah, Mas. Hati-hati, ya." Ucap Meta lembut. Meskipun pernikahan mereka dilakukan atas paksaan, tapi tetap saja Meta tidak ingin semuanya gagal dan membuat keluarganya malu. "Mmhhh." Gumam Alex. Setelah panggilan dari Meta berakhir, tidak ada yang membuka suara di antara ketiga pria berbeda generasi tersebut. Ketiganya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Dua jam telah berlalu, setelah Meta menghubungi Alex. Namun, pria itu belum juga menunjukkan batang hidungnya. Seluruh keluarga dan tamu undangan yang telah memadati rumah Meta, ikut gelisah menunggu kedatangan calon suami Meta. Hingga ada yang berbisik-bisik jika pernikahan batal dilakukan. Di dalam kamar, Meta tidak mampu membendung air matanya. Tangan gadis itu meremas kuat telepon genggam yang ada di tangannya. Sudah tidak terhitung, berapa kali ia menghubungi nomor Alex. Namun, nihil. Nomor pria tersebut tidak bisa dihubungi, semenjak satu setengah jam yang lalu. Ibu dari Meta tidak sadarkan diri karena pernikahan putri tunggalnya terancam batal. "Dimana kamu, Mas? Apakah kamu baik-baik saja?" Lirih Meta. Gadis itu menatap nanar kepada bayangan yang sedang sendiri yang ada di dalam kaca yang cukup besar. Riasan wajahnya sudah tidak terbentuk karena air mata yang mengalir deras. Mata yang dihiasi oleh bulu mata yang sangat lentik itu sudah terlihat sangat membengkak. Ia menangis tergugu karena sakit yang teramat sangat di dalam hatinya. "Sah." Ucap para tamu undangan yang ada di ruang tengah rumah Meta. Ucapan tersebut mampu menghentikan tangisan, yang tidak berhenti dari dari satu jam yang lalu. Ia bernapas lega, karena akhirnya Alex datang dan mengucapkan ijab kabul untuknya. "Ayo, Nak. Temui suami kamu." Ucap seorang wanita paruh baya. Yang dikenal Meta sebagai adik bungsu ibunya. Meta mengangguk. Senyuman indah langsung terukir di bibir tipisnya. Sebelum ia keluar, seorang penata rias sedikit memperbaiki riasan pada wajah Meta. Begitu semua beres, dengan langkah anggun gadis itu berjalan keluar untuk menemui sang suami. Namun, senyuman indah itu segera sirna. Wajah yang sempat berseri kembali sendu saat melihat pria yang sedang duduk di hadapan sang Ayah. Pria yang kini sedang menatapnya dengan senyuman yang begitu manis. Meta berusaha menahan tangisnya. Tubuhnya terasa lemas. Melihat Ganjar yang menggantikan posisi Alex untuk menjadi suaminya. Susah payah ia melepaskan diri dari Ganjar, tapi malah pria itu yang menjadi suaminya. *** "Masuklah! Untuk sementara waktu kita akan tinggal disini." Ganjar memasukkan pasword unit apartemennya. Meta mengangguk pelan dan mengikuti langkah pria yang tadi siang telah resmi menjadi suaminya. Di detik-detik terakhir, akhirnya Alex luluh dan mau meninggalkan Meta. Pria itu segera berangkat ke Bali untuk menghindari pernikahannya. Sesudah itu, Ganjar segera berangkat ke rumah Meta, yang katanya datang untuk menghadiri acara pernikahan sahabatnya. Begitu sampai di sana, suasana terlihat gaduh. Ibu Meta terlihat pingsan di ruang tengah tempat akad nikah dilangsungkan. Sedangkan sang ayah, tertunduk lemas menahan malu duduk di hadapan penghulu. Bayangkan, sudahlah membuat acara pernikahan yang amat besar, kini malah gagal di tengah jalan. Tentu saja semua orang akan menertawakannya gagal menjadi orang kaya. "Saya akan menggantikan posisi Alex, untuk menikahi Meta." Ucap Ganjar tadi siang. Kepala ayah Meta terangkat. Walaupun sedikit ragu, karena begitu Ganjar menjadi suami Meta, maka teror akan kembali mereka dapatkan. Namun, setidaknya mereka sekeluarga tidak malu karena pernikahan putri tunggalnya jadi di langsungkan. Tanpa menunggu persetujuan dari mempelai wanita, Ganjar segera mengucapkan ijab kabul. Dalam satu kali tarikan nafas, pria itu berhasil menyelesaikannya. Sehingga disinilah Meta sekarang, di apartemen milik Ganjar. Karena kekasihnya menghilang membuat ayah dari Meta sedikit kecewa. Sehingga pria paruh baya tersebut langsung meminta Ganjar untuk membawa Meta pulang bersamanya. Karena pernikahan mereka berdua dilakukan secara mendadak. Bahkan Ganjar sendiri tidak menyangka jika Alex mau menerima tawarannya. Sehingga pernikahan tersebut berlangsung tanpa sepengetahuan kedua orang tua, sekaligus tunangan Ganjar. Jadi untuk sementara waktu mereka berdua tinggal di apartemen. "Untuk sementara waktu, kita akan tinggal disini. Ada dua kamar. Tetapi satu kamar telah kusulap menjadi ruangan untuk bekerja. Jadi hanya ada satu kamar yang bisa dijadikan tempat untuk tidur." Ganjar sedikit menjelaskan tentang unit yang akan mereka tempati. Tidak ada respon apapun dari Meta. Gadis itu hanya berdiri mematung. Tatapannya kosong. Kedua matanya juga membengkak. Satu hari ini mata tidak pernah berhenti mengalir. Ganjar menatap iba kepada Meta. Bagaimanapun ia adalah dalang di balik batalnya pernikahan gadis yang ada di hadapannya sekarang. Namun, tidak ada pilihan lain. Daripada kehilangan, lebih baik nekad seperti sekarang 'Maafkan aku, Met. Aku tidak bermaksud untuk menyakiti hatimu separah ini. Namun, rasa cintaku terlalu besar untukmu. Sehingga aku nekad untuk melakukan ini semua. Aku berjanji, hari ini adalah hari terakhir bagimu bersedih.' "Ayo masuk!" Ganjar membuka pintu kamar dan membawa koper uang berisi barang Meta masuk kedalam kamar. "Kamu tidak usah takut! Walaupun kita telah resmi menjadi suami istri, aku tidak akan memaksamu untuk tidur satu ranjang denganku. Aku bisa tidur di luar." Ganjar mendekati. Pria itu mengusap pundak Meta. "Istirahatlah! Jika kamu membutuhkan sesuatu, aku ada disini." "Kenapa? Kenapa kamu mau menggantikan posisinya? Dan kemana dia?" ucap Meta datar. Gadis itu kembali terisak. Rasa sesak di dadanya seakan menghimpit. Sungguh ini tidak adil, bukannya menyelamatkan dari Ganjar, Alex justru menjadikannya istri sah Ganjar. "Aku tidak tahu dia ada dimana. Aku melakukan ini semua hanya untuk mempertanggungjawabkan perbuatan Alex, sahabatku. Aku tidak ingin, karena kebodohannya bisa membuat keluargamu malu." "Terimakasih atas semuanya. Aku siap diceraikan jika kamu menginginkannya." Ucap Meta datar. "Jangan mengungkit tentang perceraian, Met. Kita bisa belajar untuk saling mencintai. Ikatan pernikahan ini suci. Jangan di permainkan. Dan kamu pikir aku tidak tahu, kamu juga mencintai aku!" Meta menggeleng, "Aku tidak bisa menjanjikan apapun, kecuali... aku akan pergi saat kamu menyerah atas pernikahan palsu ini. Dan asal kamu tahu aku tidak pernah mencintaimu." "Tidak ada pernikahan yang palsu, Meta! Semua terjadi karena atas seizin dariNya." Hening. Meta tidak mampu lagi untuk membuka mulutnya. Hanya suara isakan yang terdengar dari mulutnya. Dengan perasaan ragu Ganjar mendekati istrinya dan membawanya masuk ke dalam pelukan. "Menangislah!" Kedua tangan Meta terangkat. Gadis itu meremas jas hitam yang dikenakan oleh Ganjar. Ia mulai menangis nyaring di dalam pelukan suaminya itu. Ada sedikit rasa ketenangan di sana. Sehingga gadis itu mencurahkan seluruh kesedihan dan rasa sakit yang ada. Entahlah, ingin menyesal atau apalah tidak ada gunanya lagi. Semuanya sudah berjalan sesuai dengan takdir yang tertulis. Hati Ganjar terasa sakit saat melihat gadis yang sangat ia cintai menangis histeris di dalam pelukannya saat ini. Rasa bersalah langsung bergelayut di dalam hatinya. Meta sudah berhasil ia miliki akan tetapi tidak untuk restu dari kedua orang tuanya. 'Ini semua salahku, Meta. Seandainya saja aku mampu mengikhlaskanmu. Pasti saat ini kamu sedang berbahagia dengan pria yang sudah mau menjadi penyelamat bagimu. Karena aku takut terluka, aku malah menyakitimu sedalam ini. Maafkan aku.' Ganjar menutup rapat kedua matanya. Kepalanya mendongak untuk menahan air mata yang telah menggenang di pelupuk mata. Hampir setengah jam lamanya, akhirnya tangisan Meta mereda. Tangisan nyaring gadis tersebut telah berubah menjadi isakan kecil. Nafasnya juga mulai teratur. Ganjar sedikit memundurkan tubuhnya untuk melihat wajah istrinya. Wajah yang biasanya ceria, kini terlihat sendu. Mata yang dihiasi oleh bulu lentik yang semakin membengkak tersebut telah terpejam. Segera Ganjar mengangkat tubuh istrinya dan membawa masuk ke dalam kamar. Di tempat lain, Alex duduk sendiri di sebuah balkon apartemen. Matanya menatap langit hitam yang dihiasi oleh jutaan bintang. Tiba-tiba saja, wajah sendu Meta menghiasi langit hitam tersebut. Dengan cepat pria itu menghapus kasar wajahnya. "Maafkan aku, Sayang. Ini demi kita berdua. Aku akan menemuimu satu tahun lagi. Dan aku yakin, cintamu tetap akan belajar mencintaiku." Alex tersenyum getir mengingat kebodohannya yang menerima perjanjian yang diberikan oleh Ganjar. Padahal ini adalah kesempatan langka, yang belum tentu bisa didapatkan untuk kedua kalinya. Alex akan mendapatkan anak perusahaan milik Ganjar. Bukan hanya itu, apartemen mewah yang ditempati oleh pria itu juga hasil dari kesepakatannya dengan sahabatnya itu. Ada satu hal yang membuat Alex menerima itu semua, selain paksaan dari kedua orangtuanya, ia bisa kembali kepada Meta. Jika dalam waktu satu tahun ini Ganjar gagal untuk mendapatkan hati gadis itu, maka Ganjar harus rela untuk melepaskan Meta kembali kepadanya. Perjanjian lainnya, Ganjar tidak diizinkan untuk menyentuh istrinya sendiri. Kecuali atas kemauan dan permintaan Meta sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN