"Astaghfirullah! Apa jangan-jangan... doaku didengar Allah beneran?" bisiknya dengan wajah setengah takut. Namun rasa marahnya masih lebih besar daripada takut. Ia merengut, memeluk dirinya sendiri. "Bagus kalau kena! Biar dia tahu rasa! Biar tahu rasanya dicuekin, dibuang kayak gini! Karena setampan apapun laki-laki, kalau 'itunya' tidak bisa berdiri juga tak akan ada gunanya!" katanya masih dengan suara lantang. Beberapa santriwati yang lewat menatap Amira dengan heran. Salah satunya, Siti, mendekatinya dengan ragu. "Mbak Amira... kenapa, Mbak?" tanyanya hati-hati. Amira buru-buru menghapus air matanya dan tersenyum dipaksakan. "Nggak apa-apa, Siti. Cuma... lagi kesel sama seseorang," jawabnya dengan suara lirih. Siti mengangguk mengerti. "Abi pasti sayang sama Mbak Amira. Nanti