Mata Amira langsung membelalak. Wajahnya memerah karena emosi. "Kampungan? Kamu bilang Ami kampungan?!" Ali terdiam, sadar kalimatnya barusan terdengar buruk di telinga istrinya. "Lho, Ami, maksud Abi cuma bercanda—" Namun, Amira sudah terlanjur emosi. Dengan bibir bergetar, ia berkata, "Kalau kamu anggap Ami kampungan, nggak usah dekat-dekat Ami lagi!" Tanpa menunggu jawaban, Amira langsung berdiri, membanting bantal, lalu berjalan cepat ke kamar Alia. "Alia, Ummi numpang tidur di sini, ya," katanya dengan suara gemetar menahan tangis. Alia yang bingung hanya bisa mengangguk. "Iya, Ummi. Tapi kenapa?" "Nggak apa-apa, sayang. Ummi mau sendiri dulu." Mulai hari itu, Amira benar-benar mengurung diri di kamar Alia. Selama tiga hari tiga malam, ia menolak makan, bahkan sekadar melihat w