Napas Norika semakin melemah begitu kedua tangannya saling ditarik oleh Gyan dan Ezra. Bahkan kakinya langsung lemas dan takut kuat menahan tubuhnya lagi. “Norika!” Suara Gyan dan tangan Gyan yang langsung mendekapnya menjadi hal terakhir yang Norika ingat. Karena sesudah Norika membuka matanya, yang ia lihat adalah beberapa tenaga kesehatan yang berlalu lalang dihadapannya dan hidungnya mencium aroma obat-obatan rumah sakit yang menyeruak. “Hei, sudah bangun?” Norika menoleh kesamping kirinya, ada Gyan yang kini berdiri dari duduknya dan mengenggam telapak tangan kirinya yang tidak ada jarum infusnya. Sedangkan punggung tangan kanannya kini ada jarum infus disana. “Aku haus,” itu hal pertama yang Norika ucapkan begitu ia membuka matanya. Tanpa banyak bicara Gyan kemudian menaikk