Malam merambat lambat di luar jendela kaca ruang makan, membawa sunyi yang begitu dalam. Hujan baru saja reda. Genangan air di halaman masih memantulkan cahaya lampu taman yang kekuningan. Angin malam meniup tirai perlahan, menyisakan semacam rasa dingin yang tidak hanya menggigit kulit, tapi meresap ke dalam d**a. Norika duduk di kursi rotan dekat jendela, mengenakan daster tipis berwarna putih gading yang jatuh pas di tubuhnya. Ia mengusap perutnya yang masih rata—tanpa sadar. Matanya menatap kosong ke arah gelas berisi teh chamomile yang sudah dingin. Dapur sudah sunyi. Aster telah lama tidur. Sisa-sisa kue kering baru yang hari ini ia uji coba pun sudah tersimpan rapi dalam toples. Gyan belum pulang. Lagi. Pikirannya melayang ke obrolan beberapa minggu lalu, saat mereka duduk berda