Bruk! Suara punggung Norika yang menatap sandaran kursi di jet pribadi milik keluarga Gyan Revano membuat wanita itu memekik kesakitan. “Apa kamu gila?!” teriak Norika. Mulut Gyan masih terkunci rapat, tangannya lalu bergerak mengaitkan seatbelt untuk Norika. Untuk sepersekian detik, Norika membeku ketika tubuh Gyan persis berada dihadapannya. Sudah cukup lama ia tidak berhadapan begitu dekat dengan suaminya sendiri, sudah lama ia tidak menghirup aroma parfum maskulin yang biasa Gyan pakai ini. “Gyan!” Kesadaran Norika kembali, ia mendorong tubuh Gyan menjauh dari tubuhnya. Gyan masih tidak mengeluarkan sepatah kata apapun, hanya matanya menyipit kesal menatap Norika. Lalu ia duduk disamping Norika dan memasang seatbelt untuk dirinya sendiri. “Kita berangkat sekarang.” Ujar Gya