“Sebentar, Liesya tolong eyang dibelikan es jeruk di kantin ya nak. Ajak eyang kakungmu ya untuk bayarin sekalian beli cemilan dan makanan lainnya.” Sepertinya ini hal yang penting karena Mama Mayang sengaja mengusir halus Aliesya. “Iya eyang, aku juga sudah lapar. Nanti ibu juga aku belikan jeruk panas yaa, ibu kan suka jeruk panas.” Jawab Aliesya, matanya berbinar saat melihatku mengangguk. “Ada apa mah, apakah ada sesuatu pada kehamilanku?” Tanyaku, setelah Aliesya tidak ada lagi di kamar ini. Mama Mayang menarik nafas panjang, seperti berpikir keras apa yang akan dia katakan untuk menjawab pertanyaanku. “Umurmu baru awal dua puluhan kan ya Nata?” Entah kenapa Mama Mayang malah berputar-putar untuk menjawab pertanyaanku. “Iya mah, dua puluh dua tahun lebih. Mah, tolong katakan ada