“Le-letakkan pisau itu, baru kita bicara!” Satu alis Lea naik mendengar nada sedikit gemetar dari Hamish, melangkah pelan-pelan hingga diposisi cukup jauh darinya. “Tidak,” Lea tetap mengupas buah apelnya, dia lebih suka makan buah apel yang sudah dikupas. “Sial, harusnya tidak ada senjata tajam di kantor ini!” “Sorry? Ini cuman pisau buah,” Lea yang mendengar ucapan Hamish jadi gatal ingin berkomentar. Hamish mengambil duduk di sofa terujung dari keberadaan Lea, memang hanya pisau buah, tapi jarum yang berukuran kecil sekalipun tetap berbahaya jika di tangan seseorang yang punya dendam. Seperti Lea, “mau apa kamu datang ke sini?” “Menghabisimu,” jawabnya begitu dengan santai. ‘Kan...Kan... apa aku bilang! Dia memang dendam!’ batin Hamish. Hamish menghela napas, “jangan ber