“Gendis,” teriak Aidan dengan kencang tatkala ia baru saja bangun dari tidurnya. Aidan menyingkap selimut yag ia pakai seraya mengucek matanya. Kebiasaannya saat bangun tidur, selalu nama Gendis yang Aidan sebut. Gendis, Gendis, Gendis, tidak sadar sudah menjadi candu untuk Aidan. “Gendis … tolong bawain air,” teriak Aidan lagi. Aidan si CEO yang selalu diidam-idamkan wanita di luaran sana, hanyalah laki-laki biasa yang tanpa Gendis selalu uring-uringan. Hanya saja kesombongannya sangat mendarah daging selalu mengatakan tidak membutuhkan Gendis. “Ndis, Gendis.” Aidan berteriak kesal saat Gendis tidak kunjung datang ke kamarnya. Pria itu pun seger bangkit dari ranjang dan keluar dari kamarnya. Gantengnya, manisnya, menawannya, dan wibawa Aidan hanya ada di depan karyawannya dan orang