39. Tawaran Pulang

1048 Kata
Ketika pagi menyapa, Adreanne buru-buru bersiap berangkat sekolah seperti biasanya. Seperti sebelumnya, ia akan diantar oleh Adam dan mungkin seterusnya akan begitu karena Ayahnya sudah tidak ada lagi pergi keluar kota. Sebelum berangkat, mereka mengisi perut terlebih dahulu. "Semangat belajarnya, pokoknya harus fokus dulu. Ayah doakan semoga kamu bisa lolos lagi tingkat provinsi dan naik ke tingkat Nasional," ucap Adam ketika mereka berada di meja makan. "Iya, Yah. Aku akan berusaha. Oh iya, bang Damien kapan bisa pulang, Yah?" "Besok siang." "Syukurlah nggak perlu dirawat seminggu," ujar gadis itu lega. "Iya. Untungnya Abang kamu cepat pulih. Sudah cepat habiskan sarapanmu, biar kita berangkat lagi." Adreanne mengangguk cepat. Ia mengunyah cepat nasi goreng sosis yang dibuatkan oleh Bi Rumi. *** Sesampainya di sekolah Adreanne langsung menuju perpustakaan. Sekolah belum terlalu ramai dan ia tidak memutuskan untuk ke kelas lebih dulu, karena ia juga yakin bahwa ia tak akan berada di kelas nanti hingga jam pulang. Buku pelajaran yang dibawa olehnya pun hanya Biologi dan beberapa buku tambahan lainnya. Yang lolos dari sekolah mereka empat orang. Dua dari jurusan IPA, yaitu dirinya dan Edzard. Sedangkan dua lagi dari anak jurusan IPS yang tidak ia kenali. Adreanne menunggu kehadiran bu Delina dengan membaca buku. Kepalanya terangkat ketika mendengar suara-suara di depan perpustakaan dan ternyata dua anak ipa itu masuk dan di belakangnya ada Edzard. Ia dan Edzard sempat bertatapan selama beberapa menit hingga akhirnya ia sendiri yang mengakhiri kontak mata itu dan kembali fokus pada bukunya. "Sudah menunggu dari tadi Adreanne?" Adreanne berjengkit kaget karena suara bu Delina cukup mengejutkan dirinya. "Su-sudah, Bu." "Maaf, Ibu nggak bermaksud mengagetkan dirimu," ringis guru itu. "Hehe santai Bu. Kagetnya sebentar doang." "Baiklah, kita mulai belajarnya." Guru perempuan itu mengeluarkan bukunya sendiri dari dalam tas dan meletakkannya di meja. "Buku ini lumayan membantu, Re. Pembahasan lebih lengkap dari pada buku sebelumnya." Adreanne mengangguk paham. "Okay, Bu." "Kemarin sampai mana materi kita?" Adreanne menunjukkan materi di mana pembelajaran mereka terhenti kemarin. Pembelajaran kali ini tidak terlalu sulit dan banyak, sebab pada materinya sudah pernah di bahas sebelumnya. Untuk langkah yang selanjutnya ini Bu Delina memberinya beberapa soal yanh ditulis sendiri oleh guru itu. Sebagai bentuk latihan setelah Adreanne berhasil menguasai beberapa materi di dalamnya. *** Jam istirahat, dimanfaatkan oleh Adreanne untuk membaca buku. Ia pergi ke kantin sebentar untuk membeli roti isi dan juga air mineral. Setelah mendapatkan makanannya, ia kembali ke perpustakaan dan makan di mejanya seraya belajar. Hanya ada dirinya di perpustakaan ini, karena yang lain sedang istirahat di luar, sementara penjaga pustaka juga pergi entah ke mana. Setelah selesai membaca, Adreanne menutup bukunya dan berniat refreshing sejenak. Ia keluar dari perpustakaan dan berjalan di sekitar taman dekat perpustakaan. Matanya lagi-lagi tanpa sengaja terpaku pada Edzard. Kali ini cowok itu berjalan sendirian di koridor dan terlihat hendak menuju perpustakaan juga. Kalau diingat-ingat, sudah lebih tiga hari mereka tidak mengobrol satu sama lain. Benar-benar seperti tidak saling kenal. Adreanne pun jadi bingung sendiri hendak mengajak cowok itu berbicara. Seakan topik pembicaraan tidak ada dan ada benteng yang besar menghalangi mereka berdua untuk berinteraksi. Adreanne mencoba bersikap biasa saja dan pura-pura tidak sadar jika Edzard melewatinya. Cowok itu juga terlihat tidak ingin menyapanya. 'Haduh, kenapa mikirin Edzard sih?!' batin Adreanne kesal. Ia memukul kepalanya sendiri, mencoba mengenyahkan bayangan Edzard di dalam benaknya. Tiga menit kemudian ia berhasil mengalihkan fokusnya. Adreanne kembali menatap tanaman-tanaman hijau hingga ia melihat Bu Delina sedang dalam perjalanan menuju perpustakaan. Waktu belajar kembali datang, buru-buru ia masuk ke dalam perpustakaan dan membuka buku. "Kamu udah makan kan Adreanne?" tanya Bu Delina kala sudah duduk di sebelah gadis itu. "Sudah, Bu. Ibu sendiri?" Bu Delina menganggukkan kepalanya. "Ibu juga udah makan. Mari kita fokus belajar lagi." "Baik, Bu." *** Sepulang sekolah, mobil Adam belum terlihat. Adreanne berdiri di pos tempat satpam berada dan duduk di salah satu kursi tunggu di sana. Seolah hafal di mana letak mob Edzard karena dulu terbiasa berangkat dan pulang bersama cowok itu, matanya kembali melirik ke arah parkiran yang tak jauh dari posisinya. Drrrttt... Perhatian beralih, ia merogoh saku roknya dan mengambil ponsel. Satu pesan dari Ayahnya muncul. Ayah. Ayah masih ada meeting, kamu bisa pulang naik taksi? Atau nebeng Lily aja, ya? Adreanne menghela napas. Bagaimana bisa ia ikut Lily sedangkan sahabatnya itu sudah pulang lebih dulu. "Edzard! Aku mau pulang sama kamu, boleh kan?" Adreanne menoleh ke sumber suara. Kalista terlihat menghampiri Edzard yang sudah akan membuka pintu mobilnya. Kalista tampak manja-manja pada Edzard dan membuat Adreanne menjadi geli sendiri. 'Sudahlah, untuk apa memikirkan mereka. Pesan saja taksi cepat!' batinnya. "Taksi, taksi, semoga ada," gumam Adreanne penuh harap. Tap... Tap... Tap... Suara derap langkah kaki terdengar. Kepala Adreanne mendongak ke atas menyadari ada sosok yang berdiri di depannya. "Ada apa?" tanyanya dengan datar. "Ayo pulang bersamaku," ucap Edzard. Adreanne menggeleng. "Aku pesan taksi online aja," tolaknya. "Eh, lo kenapa masih di sini?" Tiba-tiba Abian datang menghampiri Adreanne dan bertanya kepada gadis itu. Raut wajah Edzard semakin kecut melihat kehadiran Abian. "Aku lagi mau pesan taksi." "Bareng aku aja," tawar Abian tanpa ragu. "Lo itu bawa motor, nggak lo lihat kalau Rea pakai rok?!" ketus Edzard. Abian seolah sadar lalu meringis. "Benar juga, bisa susah nanti." "Kalau begitu pulang bersamaku saja," ajak Edzard lagi. "Kalian pulanglah duluan, aku akan menunggu taksi." "Sama gue aja." Tanpa persetujuan lagi, Edzard menarik tangan Adreanne dan membawa ke mobilnya sendiri. "Masuk!" titahnya. Adreanne menghela napas berat. "Kamu kan bakal pulang dengan Kalista." Matanya melirik Kalista yang berdiri tak jauh dari mobil. "Dia bisa pulang sendiri. Dante, cepat masuk!" titah Edzard pada Dante gang baru tiba. "Kamu juga masuklah, Rea. Aku antar." Terpaksa Adreanne menurut dan masuk. Tatapan mata Edzard seperti tidak biasanya, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menurut. Edzard melajukan mobilnya dengan cepat meninggalkan pekarangan sekolah. Di dalam mobil, tak satupun pembicaraan yang ada. Ketiganya sama-sama bungkam hingga akhirnya mereka tiba di depan rumah Adreanne. Adreanne melepas seatbelt dengan cepat. "Terimakasih banyak, Ed." Lalu gadis itu turun dan segera masuk ke dalam rumah. Edzard menghela napas panjang. "Kenapa anda mengantar Adreanne pulang, Pangeran?" tanya Dante mulai kepo. "Aku hanya ingin, lagi pula tidak ada yang menjemputnya," tukas Edzard. "Oh, gitu. Baik, Pangeran saya mengerti." Melirik rumah Adreanne sekilas, ia pun kembali melajukan mobilnya membelah jalanan raya yang tidak terlalu ramai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN