Erangan terdengar. Zahra menggeliatkan tubuh. Jari-jari wanita itu memijat pelipisnya. “Ck!”- Ia berdecak lalu memutuskan untuk bangkit. Merubah posisi terlentangnya menjadi duduk. “Astaga!” desahan keluar begitu saja ketika mata Zahra menatap analog di atas nakas. Jam digital telah menunjukan pukul dua dini hari dan rasa kantuk tak kunjung membuat diri wanita hamil tersebut terpejam. Zahra masih merasa ada hal yang kurang dari dirinya sehingga untuk terpejam pun sulit. Entah apa, Zahra sendiri tak mengerti. Dirinya merasakan kehampaan. Ranjang terlihat begitu luas sedang di atas ia terkesan sangat kecil. “Ngantuk.. Tapi nggak bisa merem terus dari tadi.” Gerutunya, kesal pada diri sendiri. Zahra menurunkan kaki dari atas ranjang. Sepertinya ia membutuhkan angin segelas air putih untuk