Suara bel membuat adu mulut antara Kahfi dan Zahra terhenti. Kahfi melirik Zahra, agar wanita itu mau membukakan pintu. Zahra menggelengkan kepala, melalui lirikan mata ia justru menyuruh balik Kahfi. “Sana!” Kahfi berdecak, meski begitu kakinya melangkah menuruti perintah Zahra. Ia memang akan selalu kalah dengan wanita itu. Untung saja cinta. Jika tidak, sudah Kahfi tukar tambah sahabatnya. Ting.. Tong... “Sebentar Anjing! Nggak sabaran amat.” Kahfi bungkam. Merutuki kalimat makian yang baru saja terlontar dari bibirnya. Bagaimana jika dibalik pintu apartemennya adalah sang mamah?! Bisa mati Kahfi kena omelan. “Heheeheee! Hai, Kahfiii.” Atala dengan senyum Pepsodentnya menyambut wajah Kahfi kala pintu te