181. Jika Belum Terlambat

1479 Kata

“Nyonya, ayo kita pindahkan dulu Tuan ke dalam!” ujar Santi saat melihat Wahda hanya diam mematung. “Ta-tapi, Mbak–“ “Ini kondisi darurat. Kasihan Tuan. Ayo.” Wahda akhirnya mengangguk, mendekati Kenrich yang masih didekap tubuh kecil Dean. “Sayang, lepaskan dulu omnya, ya? Biar Bunda sama Budhe bawa ke dalam biar hangat.” Dean mengangguk, melepaskannya. Dengan kesusahan, Wahda dan santi membawa tubuh Kenrich masuk rumah. Dean mengekor. Tiba di dalam, pria itu dibaringkan di sofa panjang. Santi lalu menyelimuti pria itu. Sementara Wahda ke dapur, mengambil air hangat untuk mengompres. Tubuh Kenrich masih menggigil. Pria itu juga masih belum sadar juga. “Ken, bangun!” Wahda terus berusaha memanggil dan membangunkan sambil mengompres. Dalam kondisi seperti ini, ia menyesal telah meng

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN