Wahda bingung harus menanggapi kabar yang mana dulu. Dua-duanya sama penting. Adik dan keluarga sang suami di benua berbeda sedang sama-sama bertarung mempertahankan nyawa. Sambil berkemas barang pribadi di kamar, Wahda mencoba membalas pesan yang datang lebih dulu, yaitu pesan Hana “Kejadiannya kapan, Han? Sekarang kondisi Wirda gimana? Maaf aku belum bisa telepon karena masih sibuk. Ini aku di Kuala Lumpur ada acara.” Pesan terkirim, tetapi belum dibalas. Wanita itu akhirnya melanjutkan beres-beres barang. Ia sekamar dengan dua rekannya. Bukan Naila. Sang sahabat tetap tinggal di butik. Saat masih riweh beres-beres, telepon Wahda berdering. Telepon dari seseorang. Ia pun membuka pintu yang menghubungkan dengan balkon, lantas segera mengangkatnya. “Kenapa tidak dibalas?” cecar suara