“Kamu itu frontal banget sih! Mintanya langsung, nggak ada malu-malunya!” pekik Wahda sambil tergelak dan memukul pelan lengan suaminya. “Dasar lelaki napsuan!” Kenrich ikut tertawa. “Karena sudah bukan waktunya lagi basa-basi. Kita bukan dua orang tidak saling kenal sebelumnya, cuma sedikit asing saja beberapa waktu terakhir. Jadi, nggak apa-apa kan, to the point begini? Kata orang-orang, sat-set.” “Ya tapi nggak langsung juga. Jaim dikit kek. Biar kayak pengantin baru pada umumnya.” Kenrich menggeleng. Tangannya meraba tiap inci wajah Wahda. “Saat jauh dari kamu, rasanya sangat tersiksa. Terima kasih karena sudah memberikan kesempatan berharga ini untukku.” Wahda memegang telapak tangan sang suami yang ada di pipinya. “Asal gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Jangan kecewakan aku

