152. Kabar

1709 Kata

Wahda tertawa garing. Ia tidak habis pikir dengan kelakuan pria satu ini. Tidak mau menyerah sama sekali. Memang, usaha boleh, tetapi harusnya punya sedikit saja rasa segan. Tidak seperti ini yang terang-terangan. “Kamu ketawa. Apa itu artinya–“ “Damar, Damar. Berani-beraninya kamu ngomong kayak gitu! Kayak ... nggak tahu malu ya? Sampai kapan pun, aku nggak akan pernah memberimu kesempatan apa pun lagi. Apalagi menikah. Sorry to say, tapi aku nggak akan pernah mau.” “Iya aku tahu, aku paham. Kesalahanku fatal dan aku sangat menyesalinya. Tapi bukankah di masa lalu, kita sama-sama korban dari adikmu? Sama sepertimu yang membenciku, aku juga sangat membenci Wirda. Dialah penyebab semua kekacauan ini terjadi.” “Jadi, tahu kan alasan kenapa aku menarik diri dari keluarga? Salah satunya ad

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN