Suara Wahda hanya terdengar sebagai gumaman yang tidak terdengar jelas di telinga Vita. “Apa kamu bilang?” Wahda berdecih. Ia membersihkan baju depannya yang basah dan kotor. “Bukan apa-apa.” Lama Wahda menunggu, tetapi tidak ada permintaan maaf. Ia pun akhirnya menyindir. “Nggak merasa salah?” Wanita dengan nama Vita tadi mendorong tubuh Wahda. “Kamu yang salah, tapi malah menyalahkan saya. Eh, teman-teman! Lihat ini. Wanita sombong dan sok yang playing vitcim. Dia yang nabrak, dia juga yang marah. Hobi banget kayaknya nabrak orang. Tadi juga nabrak bos. Kenapa? Sengaja buat menarik perhatian bos?” Wahda menatap wanita itu berani. “Situ yang salah, tapi main melempar kesalahan.” Susi datang melerai. “Sudah-sudah. Jangan ribut. Memalukan. Wahda, segeralah masuk ke ruangan Pak Ken.”

