89. Marissa

1226 Kata

“Nggak ada yang aku sembunyikan, Bu. Ibu tenang saja. Kalau Ibu dengar sepihak dari orang lain, apalagi dari Damar, sudah dipastikan itu bohong. Buktinya aku di sini baik-baik aja, kan?” Kumala tersenyum, lalu mengangguk. “Ya, sekarang kami lega.” Jeruk hangat yang dibuat Wahda sudah jadi. Ia menyajikan pada orang tuanya. “Diminum dulu, Pak, Bu.” Wahda lalu berjalan menuju kamar bawah, membukanya. Beruntung ia sudah sekamar dengan Kenrich, tidak ada lagi di sana. Bisa-bisa orang tuanya makin curiga kalau belum pindah. Kamar itu selalu bersih dan hanya berfungsi sebagai tempat menyendiri jika Wahda sedikit kesal atau marah. “Bapak sama Ibu nanti bisa istirahat di kamar itu,” ujar Wahda saat kembali dan menunjuk kamar yang dimaksud. Guntur terus mengamati hunian sang putri. Ada foto

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN