Wahda tergelak. “Enggaklah. Gue cuma tanya aja.” “Ngaku aja deh lo, jangan sungkan sama gue!” tukas Naila sarkas. “Kagak. Sembarangan aja ngatain lakik gue kayak gitu.” “Buktinya lo belum hamidun sampai sekarang.” Naila tergelak. “Lo pikir wanita yang nggak hamil-hamil di luaran sana lakiknya juga imp0ten? Hamil itu hak paten Allah, La. Bukan ranah manusia yang bisa menentukan. Seenaknya aja lo.” Wahda menoyor pelan kepala sang sahabat, kemudian berlalu. “Wahda! Gue bercanda! Gitu aja marah lo!” Wahda tidak peduli dengan teriakan Naila. Beruntung sahabatnya itu tidak mengejar karena dipanggil Diana. Masalah kekurangan Kenrich, Wahda tidak bisa menceritakan pada siapa pun sekalipun itu Naila. Cukup pernikahannya yang tidak sehat saja. Itu pun Wahda merasa menyesal setelah cerita.