“Pak, tapi saya–“ “Anda tahu seperti apa Tuan sama Nyonya Beck, kan? Mereka pasti tidak akan tinggal diam jika saya mengadu tentang semua ini padanya.” Wahda mengembuskan napas panjang. “Baiklah. Saya mengalah. Saya akan pergi. Tapi tolong, jangan bilang sama mereka kalau kami hari ini bertemu.” Wahda lalu kembali menghampiri mantan suaminya. “Ken, aku permisi dulu, ya? Kamu sehat-sehat.” Berat sebenarnya berpisah dengan Kenrich padahal baru sedikit yang dibicarakan, masih banyak waktu yang ingin dihabiskan. “Sebentar. Siapa namamu?” “Aku Wah–“ “Tuan, kita segera pulang saja. Takut Nyonya nanti mencari,” potong sang sopir. Wahda yang paham maksud perkataan itu, tersenyum masam. “Aku pergi, Ken. Jaga diri baik-baik, ya?” Kenrich membatu. Tidak menyahut, tidak juga menahan. Ada sesu

