44.Entah Bagaimana

1032 Kata

Pandangan Wahda spontan menatap pada suara itu. Suara yang tegas dan dingin, sedingin ekspresi wajah yang ditampilkan. Wajah tegas dan rahang mengeras, menambah kesan menakutkan. Wahda memilih untuk kembali menunduk, membersihkan kekacauan yang masih berserak. “Wahda berhenti!” bentak Kenrich. Tangan Wahda pun berhenti. Ia menatap bingung pada sang suami. Pria itu mendekat, mengulurkan tangan. “Berdiri.” Wahda menerima uluran tangan tersebut. Ia pun berdiri dengan dibantu sang suami. Bukannya langsung dilepas, Kenrich justru menggenggam telapak tangan Wahda. “Ken! Apa-apaan kamu? Kenapa sikapmu seperti ini sama ART?” protes Marissa sambil menatap tajam dua tangan yang saling bertaut tersebut. “ART?” Kenrich menatap Wahda yang menunduk. “Ya. Lalu apa? Jangan terlalu memanjakan AR

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN